OLEH : ITA LISMAWATI F.MALAU, ERI NALDI
Tim arkeolog ini dipimpin profesor asal Jerman, Dominik Bonatz.
Rabu, 8 Februari 2012, 15:37 WIB
VIVAnews - Penggalian situs peninggalan
Adityawarman di Bukit Gombak, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat akan
dilanjutkan pada Maret 2012 mendatang. Tim arkeolog dari Jerman,
Amerika, Australia, Belanda, sebelumnya telah memulai eksplorasi pada
Maret tahun lalu.
Menurut Kasie Pelestarian dan Pemanfaatan Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala Sumbar, Budi Istiawan, tim arkeolog yang dipimpin
Profesor Dominik Bonatz dari Berlin, Jerman, ini memusatkan upaya
penggalian untuk menemukan pusat Kerajaan Adityawarman di Minangkabau.
“Sebelumnya tim telah menemukan sejumlah artefak di lokasi tersebut
berupa kapak batu, keramik China yang diprediksi peninggalan abad 12
hingga 14 masehi,” kata Budi Setiawan kepada VIVAnews, Rabu, 8 Februari 2012.
Sejumlah batu-batuan bening menyerupai kaca yang ditemukan tim arkeolog tersebut saat ini tersimpan rapi di BP3 Batusangkar. Proyek tersebut, menurutnya, bertujuan untuk mencari peninggalan kejayaan raja terakhir Melayu, Adityawarman (1343-1375) pada masa Hindu-Budha.
Dalam prasasti tertua Adityawarman dinyatakan, di kawasan Bukit Gombak di arah selatan Tanah Datar tersebut berdiri istana dan kuil peninggalan sang Raja. Di kawasan tersebut tim menemukan sejumlah gerabah lokal dan keramik buatan China yang diperkirakan milik Dinasti Song (960-1279).
Penggalian ini dilakukan pada 15 titik dengan lebar lubang mencapai 9 x 9 meter. Ini tergolong lubang besar dan kedalamannya cukup bervariasi. “Kedalamannya sekitar 50 cm hingga 75 cm dan sudah menemukan sejumlah perlengkapan,” tambah Budi.
Kawasan tersebut diduga merupakan lokasi pemukiman massal yang dimulai sejak zaman prasejarah, Hindu Budha, hingga Belanda memulai perang. “Penemuan kapak batu ini menunjukkan kawasan tersebut sudah mulai dihuni sejak zaman prasejarah,” katanya.
Tim ini juga mengkaji sejumlah prasasti peninggalan Adityawarman. Prasasti yang sebagian besar berbahasa Sansekerta, Jawa kuno, serta Melayu kuno ini akan diterbitkan dalam korpus lengkap dari prasasti yang pernah diterbitkan Adityawarman.
Menurut Budi, penelitian lanjutan yang akan dilakukan pada Maret tahun ini akan disambung dengan penelitian di situs Kuburajo dan Pagaruyuang. “Tidak akan jauh dari Istana Pagaruyuang dan sejumlah lokasi lain yang berhubungan dengan Adityawarman,” katanya.
Penggalian situs peninggalan Adityawarman ini bertujuan untuk mendokumentasikan pembentukan kerajaan di era prasejarah dan awal sejarah di dataran tinggi. Budi menyatakan tim tersebut telah menyampaikan niat mereka secara tertulis untuk kembali melakukan penelitian di sejumlah daerah di Sumbar.
Berdasarkan prasasti peninggalannya, Adityawarman tercatat sebagai salah satu raja di Pagaruyuang. Sejumlah prasasti yang diteliti menunjukkan Adityawarman bergelar Maharjadiraja yang menyatukan kembali kekuatan Melayu dan bertahta di Minang. Adityawarman tercatat memindahkan pusat pemerintahannya ke pedalaman Minang, yang ditengarai berada di kawasan di mana tim arkeolog dari berbagai negara tersebut akan melakukan penggalian. (kd)
Sejumlah batu-batuan bening menyerupai kaca yang ditemukan tim arkeolog tersebut saat ini tersimpan rapi di BP3 Batusangkar. Proyek tersebut, menurutnya, bertujuan untuk mencari peninggalan kejayaan raja terakhir Melayu, Adityawarman (1343-1375) pada masa Hindu-Budha.
Dalam prasasti tertua Adityawarman dinyatakan, di kawasan Bukit Gombak di arah selatan Tanah Datar tersebut berdiri istana dan kuil peninggalan sang Raja. Di kawasan tersebut tim menemukan sejumlah gerabah lokal dan keramik buatan China yang diperkirakan milik Dinasti Song (960-1279).
Penggalian ini dilakukan pada 15 titik dengan lebar lubang mencapai 9 x 9 meter. Ini tergolong lubang besar dan kedalamannya cukup bervariasi. “Kedalamannya sekitar 50 cm hingga 75 cm dan sudah menemukan sejumlah perlengkapan,” tambah Budi.
Kawasan tersebut diduga merupakan lokasi pemukiman massal yang dimulai sejak zaman prasejarah, Hindu Budha, hingga Belanda memulai perang. “Penemuan kapak batu ini menunjukkan kawasan tersebut sudah mulai dihuni sejak zaman prasejarah,” katanya.
Tim ini juga mengkaji sejumlah prasasti peninggalan Adityawarman. Prasasti yang sebagian besar berbahasa Sansekerta, Jawa kuno, serta Melayu kuno ini akan diterbitkan dalam korpus lengkap dari prasasti yang pernah diterbitkan Adityawarman.
Menurut Budi, penelitian lanjutan yang akan dilakukan pada Maret tahun ini akan disambung dengan penelitian di situs Kuburajo dan Pagaruyuang. “Tidak akan jauh dari Istana Pagaruyuang dan sejumlah lokasi lain yang berhubungan dengan Adityawarman,” katanya.
Penggalian situs peninggalan Adityawarman ini bertujuan untuk mendokumentasikan pembentukan kerajaan di era prasejarah dan awal sejarah di dataran tinggi. Budi menyatakan tim tersebut telah menyampaikan niat mereka secara tertulis untuk kembali melakukan penelitian di sejumlah daerah di Sumbar.
Berdasarkan prasasti peninggalannya, Adityawarman tercatat sebagai salah satu raja di Pagaruyuang. Sejumlah prasasti yang diteliti menunjukkan Adityawarman bergelar Maharjadiraja yang menyatukan kembali kekuatan Melayu dan bertahta di Minang. Adityawarman tercatat memindahkan pusat pemerintahannya ke pedalaman Minang, yang ditengarai berada di kawasan di mana tim arkeolog dari berbagai negara tersebut akan melakukan penggalian. (kd)
Sumber : http://nasional.vivanews.com/news/read/286591-arkeolog-asing-bongkar-situs-adityawarman