Opinion Peblika

Opinion Peblika
Suasana Foto Galian Tanah Tambang C Tanpa Melalui SRKL dan AMDAL di Wakatobi

Kamis, 12 September 2013

INSYA ALLAH JIKA TUHAN MERIDHOI MULAI TAHUN 2014 "KABALI" AKAN BANGKITKAN WAKATOBI MENDUNIA MELALUI KEINDAHAN STRUKTUR ALAM BAIK DI LAUT MAUPUN DI DARAT SERTA BUDAYA MANUSIANYA.



OLEH : ALI HABIU


Saat ini keindahan struktur alam wilayah kepualauan Wakatobi baik yang terdapat di darat maupun di laut serta keindahan budaya manusia dari gugusan pulau-pulau tukang besi tersebut belumlah nampak kepermukaan secara nyata (kecuali struktur laut pulau Hoga) karena hingga saat ini belum ada orang putra daerah asli yang mampu untuk mengangkat kepermukaan nilai-nilainya  untuk kemudian diolah, ditata dan dikembangkan sekaligus dipromosikan keseluruh pelosok dunia.


Terbentuknya kepulauan Wakatobi dimulai sejak jaman tersier hingga akhir jaman Miosen. Pembentukan pulau-pulau di kawasan ini akibat adanya proses geologi berupa sesar geser, sesar naik maupun sesar turun dan lipatan yang tidak dapat dipisahkan dari bekerjanya gaya tektonik yang berlangsung sejak jaman dulu hingga sekarang.

Kepulauan Wakatobi terdiri dari gugusan pulau-pulau utama memliki luas masing-masing pulau sebagai  berikut : Pulau Wangi-wangi 156,5 km2; Pulau Kaledupa 64,8 km2 ; Pulau Tomia 52,4 km2 ; dan.Pulau Binongko 98,7 km2

Berdasarkan Arysio Santos, dalam bukunya "Atlantis The Lost Continent Finally Found" dikatakan bahwa benua yang hilang itu berada di timur jauh dan barat jauh, dan benua yang hilang itu berada di antara  benua Amerika dan Afrika, dan menurut beliau benua itu bukanlah samudra Atliantik yang kita kenal dalam dunia modern sekarang, melainkan benua Hindia (Indonensia sekarang), ia berada di antara dua samudra, yaitu pasifik dan Hindia, kemudian negeri yang bermartabat itu memiliki kesejahteraan yang tinggi, berbudi mulia, "tanah suci" tanah yang keramatkan, masyarakatnya sejahtera, tetapi sekarang negeri itu telah lenyap hanya karena kebobrokan pemimpinnya ketika itu, maka dilanda bencana dasyat dan sampai sekarang negeri itu abadi di dalam lautan, dan tinggal gunung-gunung tinggi yang menjulang, dan kini menjadi daratan yang dikenal sekarang sebagai Indonesia. 

Plato (427 " 347 SM) menyatakan bahwa puluhan ribu tahun lalu terjadi berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa, pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua yang hilang atau Atlantis.

Prof. Santos melihat itu ada di Indonesia, tetapi kalau kita lihat lebih jauh lagi, maka pertemuan dua samudra itu ternyata ia berada di Wakatobi.  Oleh karena itu, Entah sengaja atau tidak sengaja, pemerintah kabupaten Wakatobi menetapkan Visi Wakatobi sebagai "Surga nyata Bawah laut di jantung segi tiga karang dua" merupakan daerah surga yang sejak dulu sudah dikenal dalan berbagai kitab suci agama-agama kuno.

Keindahan bawah Laut Wakatobi, bukanlah hal yang baru, tetapi dalam berbagai naskah kuno dunia, dalam berbagai peradaban di dunia menyebutkan bahwa daerah "Surga itu" merupakan taman-taman yang indah, ditumbuhi bunga-bunga dan segala keindahannya, dan juga dihuni oleh orang-orang yang "suci" orang-orang yang berbudaya dan bermartabat. Tentunya ini membutuhkan penelitian yang lebih jauh lagi, karena negeri Atlantis menurut Prof. Santos Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato"s Lost Civilization adalah negeri yang bercirikan pantai yang indah yang menghadap ke dua samudra.

Tentunya, ini adalah sebuah kebetulan atau disengaja, maka untuk mewujudkan Wakatobi sebagai "negeri Surga nyata bawah laut" diperlukan beberapa persyaratan yang dikemukakaan oleh Prof. Santos tentang manusia yang mendiami negeri surga yang kaya raya itu, bahwa orang-orang yang mensucikan dirinya, melenyapkan nafsunya, terutama untuk kepentingan pribadi dan golongannya, tetapi orang-orang yang mementingkan kepentingan keadilan dan kesejahteraan rakyatnya. Mereka itulah yang menghuni daerah “surga” itu. Maka dari itu kita semua harus memperjuangkan dengan saksama bahwa Wakatobi kedepan surganya bukan hanya terdapat di laut tapi juga memiliki surga nyata di daratan kepulauannya, sebagaimana cirri-ciri budaya manusia yang mendiaminya yang telah digambarkan oleh Prof Santos tersebut diatas, tetapi juga ditunjang oleh keberaneka ragam struktur fenomenal alamnya baik yang terdapat di darat maupun dalam ruang-ruang gua-gua alam bawah tanah.

Apa itu Budaya?

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.  Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Sedangkan Kebudayaan didefinisikan oleh M. Jacobs dan B.J. Stern, adalah mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan sosial. 

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

            Pulau-pulau tukang besi yang terdiri dari pulau Wangi-Wangi, pulau Kaledupa, pulau Tomia dan pulau Binongko masa lalu sebelum tahun 1500 masehi adalah merupakan gugusan pulau-pulau yang memeliki pemerintahan tradisional secara sendiri-sendiri yang tidak pernah diatur oleh pemerintahan kerajaan Buton. La Ode Bumbu dalam bukunya Sejarah Budaya Liya (tidak diterbitkan) mengatakan bahwa sejak tahun 538 Masehi sudah terdapat permukiman di pulau Oroho kepulauan wangi-wangi. Kehidupan masyarakatnya saat itu telah memiliki nilai-nilai budaya leluhur yang amat dihormati dan yang diwariskan secara turun temurun. Walaupun belum ada naskah sejarah yang diwariskan oleh pulau kaledupa, Tomia dan Binongko, namun postulat hampir bisa dipastikan bahwa kehidupan masyarakat di pulau-pulau tersebut tidak terlalu jauh beda keberadaannya dengan seperti apa yang terdapat di pulau Oroho, karena keempat pulau-pulau tersebut merupakan suatu gugusan kepulauan yang tidak bisa terpisahkan satu dengan lainnya.

Kepulauan wangi-wangi memiliki struktur keindahan alam yang tak ada bandingnya dengan daerah-daerah lain di dunia baik yang terdapat di laut maupun di daratannya, demikian pula nilai-nilai kebudayaannya demikian pulau yang terjadi di kepulauan Kaledupa, Tomia dan Binongko. Yang baru mendapat resfon dunia adalah pulau Hoga yang terdapat di Kaledupa.

Pesona bawah laut Wakatobi memang salah satu yang terbaik di dunia. Letak Wakatobi yang masuk dalam wilayah Segitiga Karang Dunia membuat tempat ini menjadi surga bagi para penyelam. Bagaimana tidak, Wakatobi memiliki 750 dari 850 spesies koral, jenis karang yang beragam serta makhluk laut yang sudah sulit ditemukan di daerah lain.

Demikian juga budaya Posepa'a, Budaya Honari Mosega dan Makandara Tamburu, Budaya Safara, Budaya Sampea, Budaya Kabuenga, Budaya Hekansoda’a dan lain sebagainya serta benda-benda peninggalan leluhur berupa artifak, benteng keraton Liya, benteng-benteng patua yang terdapat di Kaledupa, Tomia dan Binongko merupakan akulturasi surga nyata didaratan yang masih diperlukan penataan, pengaturan dan promosi sehingga suatu saat dapat dikenal sebagai suatu nilai-nilai peninggalan yang tak ada taranya di berbagai belahan dunia.

Jika kami sebagai Lembaga Kabali Indonesia mendapat kesempatan dan dipercaya oleh masyarakat Wakatobi untuk mengolah, menata dan mengatur semua pranata sistem budaya tersebut baik yang terdapat dalam fenomenal keindahan struktur alam wilayah wakatobi  di laut maupun didaratannya yang belum terjamah selama ini serta keindahan nilai-nilai budaya manusianya yang juga belum bangkit selama ini ;   maka dengan memohon keridhoan Tuhan YME, Insya Allah Kabali akan mulai bekerja secara berkesinambungan membangkitkannya keseluruh pelosok dunia mulai tahun 2014 mendatang. ****