Opinion Peblika

Opinion Peblika
Suasana Foto Galian Tanah Tambang C Tanpa Melalui SRKL dan AMDAL di Wakatobi

Sabtu, 31 Oktober 2009

KEPINTARAN BANGSA JEPANG



 Rumah Adat Tempat Pencarian Inspirasi Bangsa Jepang

Thoha Miftah dalam bukunya Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara (2005:9), mengatakan bahwa sebagian besar persoalan administrasi Negara adalah bersumber dari persoalan masyarakat. Administrasi Negara merupakan suatu sistem yang menjawab persoalan-persoalan masyarakat tersebut. Gerald E.Caiden dalam California Palisades Publishers (1982:1), menandaskan bahwa disiplin administrasi Negara ini pada hakekatnya adalah suatu disiplin yang menanggapi masalah-masalah persoalan masyarakat (public affairs) dan manajemen dari usaha-usaha masyarakat (public business). Oleh karena itu kedua persoalan ini adalah merupakan tanggungjawab Negara kepada masyarakat-----termasuk didalamnya jika masyarakat Indonesia mau maju, maka bagaimana bangsa Indonesia belajar dari bangsa Jepang. Mengingat topik ini diangkat dari mata kuliah perbandingan administrasi Negara, maka konteksi pembahasan adalah ekslussif dari nuangsa konteksi administrasi Negara pada umumnya yang mana persoalan masyarakat yang diangkat adalah masyarakat Negara yang mau maju sebagaimana yang telah dikemukakan oleh para pakar di atas. Jepang tampaknya bisa dijadikan contoh pembelajaran bagi bangsa Indonesia bagaimana administrasi Negara sebagai suatu sistem yang akan menjawab persoalan-persolan masyarakat kita dengan melihat penyerapan pola pikir dan cara hidup bangsa Jepang menjadi titik tolak perubahan bangsa Indonesia.
Kisah ini dimulai dari Restorasi Meiji (1867-1912) yang sangat terkenal itu, Jepang akhirnya berubah pesat menjadi salah satu kekuatan dunia yang sangat diperhitungkan oleh Negara Barat dan Timur. Sebelum itu, Jepang adalah Negara tertutup yang sangat membatasi hubungannya dengan Negara lain. Amerika Serikat bahkan harus mengirimkan delegasi sebanyak dua kali untuk meminta Jepang membuka hubungan bilateral dengan Negara tersebut.
Bangsa Jepang menjadikan dirinya sebagai penyerap pola pikir dan cara hidup bangsa Barat. Bahkan karena proses semacam itu ada yang menyebut Jepang sebagai murid bangsa Barat. Namun terbukti langkah itu mampu membawa Jepang sebagai Negara dengan kekuatan militer dan ekonomi yang patut diperhitungkan oleh Negara-negara maju saat ini. Jepang yang sebelumnya tabu soal politik dalam negeri karena pengaruh budayanya, kemudian juga mengijinkan berdirinya Seiyukai Party (Partai Liberal) dan Minseito Party (Partai Progresif).
Untuk membangun bangsa menuju kearah yang lebih baik, Jepang percaya bahwa mereka membutuhkan generasi yang lebih pandai. Karena itulah, pendidikan merupakan pilar utama yang mereka harus tegakkan sebelum melaju ke bidang-bidang yang lain. Jepangpun pada masa itu kemudian menyusun gerakan Bummei-kaika, atau gerakan memperadabkan bangsa Jepang. Gerakan tersebut dilaksanakan dengan melakukan  pembaharuan pendidikan, di segala bidang, terutama mendorong bangsa Jepang untuk mening-galkan feodalisme dan mengedepankan logika. Pembaharuan dibidang pendidikan tersebut dijalankan secara bersamaan dengan upaya melestarikan nilai-nilai tradisional terutama nilai keagamaan. Terbukti kemudian, Jepang menjadi bangsa yang bergerak jauh ke depan tetapi tetap menjalankan dan menghormati budayanya sendiri..
Langkah Jepang dengan menjadikan dirinya sebagai murid bangsa lain adalah langkah yang tepat. Bagaimanapun selalu diperlukan model panutan bagi siapapun yang  akan  menuju  kearah tertentu yang lebih maju. Jepang telah memilih dengan tepat apa yang mereka anut dan apa yang mereka ambil demi kemajuan bangsanya. Tidak mengherankan jika hanya kurang dari 100 tahun saja sejak Restorasi Meiji dimulali, Jepang berubah yang semula dari rumput pegunungan yang tenang dan tak dikenal itu, kini menjadi pemimpin besar di kawasan Asia Tenggara.
Bangsa Indonesia jika ingin perubahan tentu memerlukan model panutan. Model panutan yang dimaksud kini lebih banyak dan lebih beragam. Sisi positif bangsa manapun dapat diambil dan diaplikasikan dengan melalui proses penyaringan agar budaya dan kearifan budaya lokal Indonesia tidak terdepak. Bertahun tahun Indonesia mencoba mentransfer tekhnologi otomotif dari Jepang dan perlahan-lahan kini menuai hasil. Namun pada akhirnya bangsa Indonesia karena kemalasan manusianya sendiri dan kebijakan pemerintah republik Indonesia belum berpihak kepada sektor ini, maka Negara atau masyarakat industri lebih cenderung memilih mejadi pasar produk otomotf Jepang saja dari pada memproduksinya. Transfer tekhnologi memang telah dilakukan bangsa Indonesia, tetapi hal itu tidak dilakukan bersamaan dengan transfer kesadaran integritas (self introduction) untuk mau maju sebagaimana tekad dan semangat orang-orang jepang 100 tahun lalu itu.
Disinilah letak masalahnya mengapa transfer pola pikir dan cara hidup itu menjadi penting. Untuk menjadi bangsa yang maju dan besar, Indonesia tidak hanya membutuhkan peguasaan tekhnologi masa depan. Indonesia juga membutuhkan suatu tatanan masyarakat yang memiliki pola pikir dan cara hidup seperti masyarakat Jepang atau Negara maju lainnya. Bahkan pola pikir dan cara hidup itulah kunci membuka masa depan Indonesia jika juga dapat dibarengi dengan penguasaan tekhnloginya.
Apa yang bisa ditransfer dari masyarakat luar negeri ke masyarakat Indonesia? Jawabannya sederhana, yaitu segala sesuatu yang berpotensi membawa masyarakat Indonesia menuju ke kehidupan yang lebih maju dan lebih baik.
Mahasiswa Indonesia di Jepang bisa mensosialisasikan budaya membaca di masyarakat sana. Mereka wajib mencari tahu bagaimana sejarahnya sehingga masyarakat Jepang bisa tumbuh menjadi penggila buku. Jangan pula dilupakan untuk mengamati bagaimana orang tua di Jepang bisa mendidik anaknya untuk gemar membaca, fasilitas dan kemudahan macam apa  saja yang telah diberikan pemerintah kepada warga Jepang untuk menunjang hal ini dan bagaimana masyarakatnya bisa mendukung budaya membaca agar berjalan dengan baik dan berkesinambungan.
Masyarakat Indonesia juga perlu tahu bagaimana anak-anak Jepang ketika berada di sekolah, apa saja yang mereka lakukan, bagaimana kebiasaan membaca mereka, bagaimana sikap guru terhadap murid dan fasilitas macam apa saja yang seharusnya ada di sekolah. Tidak ketinggalan adalah bagaimana kebijakan yang telah diterapkan oleh Negara dalam bidang pendidikan.
Perubahan memang tidak akan bisa berjalan dengan cepat. Mungkin bagi bangsa Indonesia membutuhkan waktu yang lama, bahkan sangat lama untuk bisa menciptakan masyarakat Indonesia yang lebih baik. Justru karena itulah, proses perubahan itu harus dilakukan secepatnya tanpa harus lagi mengulur-ulur waktu. DPR, DPD, DPRD dan pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus mampu duduk berdampingan dan saling mengisi dan bekerja sama dalam mendorong terbentuknya suatu perubahan dalam Masyarakat Indonesia. Dengan demikian, generasi masyarakat Indonesia setelah ini berkesempatan menjadi generasi yang lebih baik dengan kehidupan sosial yang lebih mapan karena mareka telah memiliki pola pikir dan cara hidup seperti orang Jepang.
Kini sisa kita tunggu kapan perubahan itu bisa di mulai……?!