Opinion Peblika

Opinion Peblika
Suasana Foto Galian Tanah Tambang C Tanpa Melalui SRKL dan AMDAL di Wakatobi

Rabu, 11 April 2012

PERKENALAN Ir. WA ODE HAMSINAH MAANE BOLU,M.Sc CALON WALIKOTA BAUBAU 2013-2018


OLEH : ARY BOLU



Dari Baubau Membidik Dunia
Lahir pada tanggal 20 April 1967, ia adalah putri dari Almarhum Bapak La Ode Maane Bolu dan Almarhumah Ibu Wa Ode Hasinah Hamidi. Ayahandanya dikenal sebagai seorang tokoh pendidikan di Sulawesi Tenggara. Ibundanya adalah putri dari Oputa yi Malige La Ode Hamidi, Sultan Buton ke 37, dikenal sebagai tokoh pendidikan wanita di zamannya, Direktur Sekolah Putri yang pertama di Sulawesi Tenggara yang menjadi cikal bakal sekolah SKKP dan SKKA/SMKK Baubau. Sepeninggal ibunya, ia besar bersama ‘ibu keduanya’, Almarhumah Ibu Wa Ode Mufliha Maane, putri dari Yang Mulia Oputa yi Baadia La Ode Falihi, Sultan Buton ke 38. Beliau juga berlatarbelakang sebagai pendidik yang dikenal aktif dalam kepramukaan, kebudayaan, dan kewanitaan di tingkat provinsi.

Meski terlahir dari keluarga bangsawan yang sangat kental dan dari orangtua yang dikenal sebagai tokoh masyarakat, hal itu tidak membuat ia dan saudara-saudaranya besar kepala dan sombong. Orangtuanya selalu menyadarkan mereka untuk tidak terbuai oleh nama besar leluhur, sehingga ia dan saudara-saudaranya tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang rendah hati dan merakyat, serta dapat diterima dalam pergaulan di segala kalangan. Kedua orangtuanya yang berlatar belakang sebagai guru sangat mengutamakan pendidikan. Mereka dididik dengan disiplin tinggi dan kerja keras, dipacu menuntut ilmu setinggi-tingginya dan berlomba-lomba mengukir prestasi pada bidang minat masing-masing. Tak heran, WHB dan saudara-saudaranya dikenal sebagai pribadi-pribadi yang cerdas, mandiri dan tangguh. Mereka bersaudara mampu meraih beasiswa dari mancanegara untuk menempuh pendidikan dan pelatihan di berbagai belahan dunia seperti Jerman, Negeri Belanda, Amerika, Italia, Spanyol, Jepang, dan Pakistan. WHB bahkan sempat mencicipi kehidupan di negeri Jerman selama sepuluh tahun bersama suami dan kedua putra-putrinya yang juga lahir di Jerman.
Pendidikan yang tinggi dan kehidupan yang moderen tak membuat WHB lupa akan jati dirinya sebagai seorang muslimah dan sebagai seorang putri Buton. Ia lahir, tumbuh berkembang dan melewati masa kecil hingga remajanya di Baubau dalam lingkungan keluarga besar ayahandanya dan nenekda di Malige. Lingkungan keluarga yang berpikiran maju namun kental memegang adat istiadat memberi corak tersendiri bagi kepribadian WHB. Penguasaanya terhadap karya seni tari-tarian dan lagu Buton serta bahasa Buton dan Wanci/Wakatobi semakin menyempuranakan sosoknya sebagai seorang putri Buton.

Ia adalah sosok yang berpikiran terbuka, namun shaleh, tetap santun dan koadhati. Siapapun yang mengenal WHB dengan baik, akan mengakui bahwa ia adalah sosok yang memiliki integritas tinggi, pribadi yang shaleh, lurus dan tulus hati, berani dan tegas, namun tetap santun, ramah dan hangat.

Jejak prestasi WHB dapat diurut jauh sejak ia melewati masa kecilnya di Kota Baubau. Saat menempuh pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Setia Baubau dibawah pimpinan Almarhum Ibu Sia Kaluku, WHB telah mengukirkan prestasi sebagai Juara Menggambar untuk Tingkat Provinsi Sulawesi Tenggara. Selanjutnya, sepanjang masa pendidikan dasar di SD Negeri 2 Teladan Baubau dibawah Kepala Sekolah Almarhum La Ode Nadi, ia mulai memupuk bakatnya yang beragam. Ia seringkali mewakili sekolahnya dan berprestasi dalam berbagai cabang olahraga, seperti badminton, cabang-cabang atletik, serta seni tari, cerdas cermat, dan Pramuka. Di bawah bimbingan Almarhum La Ode Imaduddin ia bermain musik, dan dibawah binaan Pamannya sendiri, Almarhum La Ode Umuri Bolu, ia kerap mewakili Kabupaten Buton sebagai duta seni memperkenalkan kesenian Buton ke luar daerah. Namun prestasi-prestasi yang diukirnya sama sekali tidak membiaskan pendidikannya. Lingkungan keluarga besarnya yang pendidik sangat menekankan pentingnya pendidikan. Sepanjang sekolah dasar ia selalu menjadi juara kelas, bahkan menamatkan sekolah dasar sebagai Murid Teladan.

Sekolah menengah pertama ia tempuh di SMP Negeri 1 Baubau. Pada masa ini ia mulai tertarik pada kegiatan teater, yang mengantarkannya bergabung dengan Teater Romantika dibawah asuhan Bapak La Ode Masrin Abidin. Demikian pula, aktivitasnya dalam seni vokal dan tari semakin berkembang. Ia kerap mewakili sekolah pada berbagai lomba grup vokal dan tari, bahkan mewakili Kabupaten Buton mengikuti Festival Tari hingga ke Kendari dan Makassar.

Pada masa SMP ini pula ia menunjukkan bakat dan minatnya dalam berorganisasi. Ia mulai bergelut dengan aktivitas OSIS – Organisasi Siswa Intra Sekolah - bahkan sempat menjadi Wakil Ketua OSIS SMP Negeri 1 Baubau. Aktivitasnya di Pramuka memberi kesempatan padanya menggali potensi kepemimpinannya. Ketika ia terpilih sebagai salah satu peserta Jambore Nasional Pramuka di Cibubur Jakarta pada tahun 1982 ia bahkan dipercayakan sebagai Ketua Regu, meski usianya saat itu paling muda di antara sesama kawannya.
Prestasi demi prestasi yang diraihnya di luar sekolah sama sekali tidak membiaskan tekadnya dalam meraih cita-cita. Sepanjang masa SMP ia selalu menjadi juara kelas, hingga pada tahun 1983 ia meluluskan pendidikannya di SMP Negeri 1 Baubau juga sebagai Siswa Teladan.

Setelah menyelesaikan jenjang SMP di Baubau, ia kemudian hijrah ke Kendari. Dengan prestasi akademik yang selalu menjadi yang terbaik memudahkannya diterima di SMA Negeri 1 Kendari. Pembawaannya yang aktif dan kreatif mendorongnya bergabung dalam berbagai kelompok aktivitas siswa, seperti KIR (Kelompok Ilmiah Remaja), serta group vokal dan tari yang mewakili SMA Negeri 1 Kendari dalam berbagai perlombaan. Ia pun dikenal sebagai pembaca puisi dan sajak yang tangguh, yang selalu menjadi langganan juara. Pada masa itu pula ia terpilih sebagai pembawa bendera PASKIBRA pada HUT Proklamasi RI di Tingkat Provinsi di Kendari.

Hasrat berkarya dan berprestasi tampaknya sudah menjadi motivasi dalam hidupnya, sehingga aktivitasnya tidak hanya terbatas di lingkungan sekolah. Di luar sekolah, ia aktif dalam kegiatan Karang Taruna di lingkungan tempat tinggalnya. Ia juga bergabung dalam Drum Band Gabungan SMA se-Kendari dan bertugas sebagai Majorette. Disamping itu, kecintaannya pada Pramuka tak lagi hanya terbatas pada aktifitas lapangan, namun ia mulai tertarik mengembangkan potensi diri dalam berorganisasi dengan bergabung dalam kepengurusan Kwarda – Kwartir Daerah- Tingkat Provinsi, dimana ia sempat menduduki jabatan sebagai Bendahara.

Disadari maupun tidak, kiprahnya dalam berbagai organisasi baik di dalam maupun diluar sekolah telah menjadi wadah mengasah kemampuannya dalam berorganisasi dan memimpin, tanpa memperdulikan statusnya sebagai seorang perempuan. Sehingga ketika ia terpilih sebagai Wakil Ketua OSIS SMA Negeri 1 Kendari, ia membuktikan bahwa memimpin adalah juga ranah perempuan.

Prestasi demi prestasi yang diraih WHB tidak hanya terbatas di lingkup Baubau maupun Kendari, namun jauh menembus batas Sulawesi Tenggara, mencapai level nasional. Ketika menginjak kelas 2 SMA pada tahun 1985, ia terpilih sebagai Runner-Up 1 Puteri Remaja Indonesia di Jakarta. Dengan kemampuan akademik yang unggul, pengalaman organisasi dan kepemimpinan, penguasaan bakat tari, seni vokal, puisi, teater dan olahraga yang prima, serta kepribadian yang santun dan beretika, ia berhasil mengalahkan kandidat-kandidat lain yang kala itu bahkan sudah duduk di perguruan tinggi terkenal di Pulau Jawa. Tampil membawakan tarian tradisional Buton, serta berbalut busana adat Kombo di pentas nasional Istora Senayan, ia telah mengharumkan bukan hanya nama Buton, namun Provinsi Sulawesi Tenggara. Prestasi yang pertama kali diraih remaja Sulawesi Tenggara yang tak pernah terulang kembali.
Masih di tahun yang sama, ia berturut-turut memenangkan seleksi pemilihan Siswa Teladan di Kendari, lalu memenangkan seleksi tingkat provinsi, dan akhirnya mewakili Provinsi Sulawesi Tenggara untuk berlomba di Tingkat Nasional di Jakarta. Dan kembali ia menunjukkan kapabilitasnya dan berhasil keluar sebagai 3 besar Siswa Teladan Nasional. Lagi-lagi merupakan prestasi yang belum pernah diraih oleh siswa Sulawesi Tenggara, bahkan hingga saat ini. Dengan prestasi gemilang itu, ia disambut dalam acara resmi oleh Gubernur Sulawesi Tenggara saat itu, Bapak Alala, serta mendapatkan deposito pendidikan dari pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara.

Dua prestasi di tingkat nasional sedikit banyak telah menjadikan dirinya idola remaja-remaja se-usianya, tidak hanya di Sulawesi Tenggara, namun tersebar di seluruh Nusantara melalui korespondensi. Namun godaan kepopuleran sedikitpun tidak membiaskan konsentrasinya dalam pendidikan. Bahkan prestasi akademiknya semakin lengkap ketika ia menamatkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Kendari sebagai Siswa Terbaik, dengan NEM (Nilai Ebtanas Murni) tertinggi se Sulawesi Tenggara.

Setelah lulus SMA pada tahun 1986 WHB diterima di IPB - Institut Pertanian Bogor dengan bebas tes. Beratnya sistem perkuliahan tidak memadamkan minatnya yang besar pada kegiatan keorganisasian dan kepemimpinan. Sejak tahun pertama ia telah bergabung dalam kepengurusan Senat Mahasiswa. Berbagai jabatan pernah diembannya, antara lain sebagai sekretaris Senat Fakultas Kehutanan, pengurus inti Organisasi Mahasiswa Kehutanan se Indonesia (Sylva Indonesia), Pengurus Organisasi Profesi Mahasiswa, Pendiri dan Pengurus Himpunan Mahasiswa dan Keluarga Sulawesi Tenggara di Bogor, serta aktif di Perguruan Silat Merpati Putih, kegiatan cinta alam, paduan suara, vokal group, hingga bergabung dalam band fakultas. Kesadaran bela Negara dan kecintaannya pada bumi pertiwi mengantarkannya bergabung dalam Korps Resimen Mahasiswa Mahawarman, bahkan hingga kini aktif dalam komunitas Alumni Korps. Keterlibatannya dalam berbagai organisasi tidak sekedar numpang lewat, namun menjadi terdepan. Ia mewakili Indonesia dalam Simposium Mahasiswa Kehutanan se-Dunia yang diselenggarakan di Wageningen, Negeri Belanda, melakukan lawatan persahabatan antar lembaga kemahasiswaan ke beberapa negara di Eropa dan negeri tetangga di ASEAN. Pengalaman dalam berbagai organisasi menjadikannya sosok yang semakin matang, dengan kepribadian yang semakin lengkap.
Menempuh kehidupan mahasiswa dengan sedemikian tingginya aktivitas tidak membiaskan tekad dan konsentrasinya dalam meraih prestasi pendidikan terbaik. Ia tetap konsisten mempertahankan prestasi akademiknya di atas rata-rata, bahkan meraih predikat cum laude. Tak heran jika kemudian ia terpilih sebagai Mahasiswa Teladan di jurusannya. Predikat keteladanan yang melengkapi predikat-predikat teladan sepanjang rentang masa pendidikan yang demikian panjang, sejak meraih predikat Siswa Teladan di tingkat SD, SMP dan SMA, hingga Perguruan Tinggi.

Setelah menamatkan pendidikan di IPB, karena prestasinya ia direkomendasikan untuk berkarya di BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), lembaga negara yang didirikan dan dipimpin oleh Bapak Profesor Doktor BJ Habibie di kala itu. Sebagai teknokrat di BPPT ia terlibat dalam berbagai program kerekayasaan di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Kiprahnya yang cemerlang mengantarkannya untuk melanjutkan pendidikan ke Jerman dengan beasiswa dari Pemerintah Jerman. Sepanjang masa perkuliahan di Jerman ia aktif dalam berbagai kegiatan, didalam maupun diluar kampus, baik akademik maupun sosial kemasyarakatan. Bersama-sama dengan para professor dan peneliti-peneliti manca negara terlibat dalam penelitian bersama antar negara-negara Eropa yang menghasilkan beberapa publikasi ilmiah dan buku. Ia adalah fasilitator pada Biro Internasional dan Pusat Studi Tropis Universitas dalam mengembangkan kerjasama antar Perguruan Tinggi Indonesia dan Perguruan Tinggi di Jerman.

Meski tengah di rantau, di tengah padatnya aktifitas perkuliahan dan kesibukan sebagai seorang istri dan ibu dari dua anak kecil yang juga terlahir di Jerman, hal tersebut tak mematikan panggilan jiwanya yang selalu ingin berbagi dan berbuat baik bagi lingkungannya, dimanapun ia berada. Bakat dan minat kepemimpinan disalurkannya melalui PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia), dimana selama bertahun-tahun ia aktif sebagai pengurus utama dalam kepengurusan dengan menduduki berbagai posisi, sebagai Sekretaris, Seksi Seni dan Budaya, serta Seksi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang memfasilitasi pertemuan-pertemuan ilmiah mahasiswa, seminar-seminar internasional yang melibatkan lembaga-lembaga Jerman,  Indonesia dan lembaga-lembaga Jerman, serta menyelenggarakan seminar-seminar internasional, diantaranya tentang Konsep dan Pengalaman Pemberantasan Kemiskinan di Negara Berkembang. Bersama PPI pula ia aktif menyelenggarakan berbagai acara untuk memperkenalkan budaya dan pariwisata Indonesia, bahkan secara rutin turut serta dalam beberapa festival budaya yang diadakan oleh pemerintah kota-kota di Jerman. Semasa kehidupan di Jerman pula ia bergabung dalam komunitas LSM yang bergerak dalam bidang pemberdayaan Sumberdaya Manusia dan Sumberdaya Alam di negera-negara berkembang yang secara rutin menyelenggarakan pertemuan-pertemuan di berbagai kota di Jerman yang dihadiri oleh mahasiswa-mahasiswa berbagai bangsa.

Sisi kemanusiaan WHB sangat menonjol, terlihat dari aktifitasnya mempelopori penggalangan dana, baik zakat, infaq dan sedekah dari komunitas muslim berbagai bangsa maupun sumber-sumber lain untuk kegiatan kemanusiaan yang disalurkan diantaranya ke kampung halaman Baubau. Ketika bencana tsunami di Aceh terjadi, secara cepat dan tanggap ia bersama PPI menggerakkan masyarakat Jerman untuk aksi penggalanan bantuan. Kemampuannya dalam membangun jaringan (networking) dan kecerdasan dalam me-lobby membuatnya dipercaya sebagai juru bicara yang membuka jaringan komunikasi dengan berbagai lembaga Pemerintah, Universitas, kalangan swasta dan LSM Jerman. Kelompok Kerja ini menjadi sorotan berbagai media Jerman, baik radio, Koran dan televisi regional dan nasional, karena merupakan kelompok kerja pelopor yang terbentuk pasca tsunami Aceh. Kelompok Kerja inilah yang menjadi cikal bakal kerjasama Pemerintah Jerman dan Pemerintah Provinsi NAD dalam pembangunan SDM pendidikan tinggi dalam bentuk bantuan dana pembangunan sarana dan prasarana kampus dan pemberian beasiswa bagi dosen-dosen untuk menempuh pendidikan lanjutan di Jerman.
Setelah pulang ke Tanah Air, ia kembali bekerja di BPPT. Lebih dari 20 tahun bekerja sebagai teknokrat kecerdasan dan pengalamannya teruji pada berbagai kegiatan di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Ia adalah koordinator dan peneliti utama berbagai program nasional seperti pengembangan energi alternatif, pengembangan tanaman pertanian, perkebunan dan kehutanan, pemetaan vegetasi dan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pertanian terpadu. Kemampuan koordinasi dan organisasinya yang menonjol, ditunjang penguasaan teknis yang prima, mengantarkannya mengepalai divisi pelayanan jasa dan teknologi, ia dipercaya membangun jaringan internasional untuk berbagai riset kerjasama dengan negara-negara asing. Demikian pula ia bertanggungjawab dalam melakukan pelayanan jasa teknologi bagi pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota di seluruh Indonesia, kalangan industri, BUMN, BUMD, LSM dan masyarakat. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean government) ia adalah tim kelompok kerja pelaksanaan Reformasi Birokrasi di lembaganya.

Dalam kehidupan pribadinya, ia memiliki seorang putri (14 tahun) dan seorang putra (9 tahun). Ia menikah dengan Arief Arianto Hidayat, seorang teknokrat di BPPT, pemuda Jawa yang lahir dan besar di Bandung, putra dari Bapak Prof. Dr. Bambang Hidayat dan Ibu Prof. Dr. Estiti Harti Sujono Hidayat yang keduanya adalah ilmuwan, guru besar Institut Teknologi Bandung. Sebagai bentuk penghargaan kepada adat istiadat Buton dan penghormatan kepada Keluarga Besar dan para Leluhur, maka ia pun memilih melangsungkan pernikahannya di Tanah Leluhur Baubau, dengan adat Buton lengkap yang bertempat di Malige.

Demikianlah, meski bertahun merantau ke negeri orang, berbekal prestasi gemilang yang dipupuk sejak dini semasa kecil dan remaja di Baubau, dilanjutkan dengan pendidikan dan pengalaman di level nasional dan internasional, di mata yang mengenalnya WHB tetaplah putri Buton yang lurus dan bersih, santun, rendah hati dan koadhati. Ia sangat merakyat, memiliki jiwa dan kepedulian sosial yang tinggi. Ia adalah sosok yang tangguh, berani dan bertanggungjawab, serta senantiasa fokus pada pencapaian hasil yang unggul.

BERSAMA – BERSIH, CERDAS, SANTUN, AMANAH
Sumber : http://www.facebook.com/groups/182030075144825/doc/427665043914659/