OLEH ; UDI SAFIUDIN
Tak
banyak tahu tentang PT Maesa Optimalah Mineral, namanya baru muncul
setelah berada dalam rombongan Kadin Indonesia menandatangani MoU dengan
Vansun Holding Group China bersama Presiden Joko Widodo di Beijing.
“Dengan ditandatangani MoU ini bersama paparan Presiden di Beijing
China, kan ini menjadi hubungan dua negara, maka Maesa bersama mitra
China-nya sah mengeksplorasi bijih nikel di lahan hutan lindung di
Molawe, Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara,” ujar sumber Fastnews.
Lebih lanjut ia mengatakan, sesuai Ijin Usaha Pertambangan (IUP) dari Kementerian ESDM, posisi PT Maesa Optimalah Mineral seharusnya masih dalam status IUP terdaftar, belum eksplorasi karena sudah diketahui lahan overlapping dengan hutan lindung dan hutan produksi, total 89,2% (1.784ha). “Kalau sudah tandatangan di sana berarti sudah diberi ijin eksplorasi. Pihak Chinanya sebagai investor yang membiayai eksplorasi sekaligus pembeli hasil tambang,” papar sumber yang juga bergerak di usaha tambang ini.
Lebih lanjut ia mengatakan, sesuai Ijin Usaha Pertambangan (IUP) dari Kementerian ESDM, posisi PT Maesa Optimalah Mineral seharusnya masih dalam status IUP terdaftar, belum eksplorasi karena sudah diketahui lahan overlapping dengan hutan lindung dan hutan produksi, total 89,2% (1.784ha). “Kalau sudah tandatangan di sana berarti sudah diberi ijin eksplorasi. Pihak Chinanya sebagai investor yang membiayai eksplorasi sekaligus pembeli hasil tambang,” papar sumber yang juga bergerak di usaha tambang ini.
Menurutnya,
sambil menunjukkan peta geologis di sekitar Pegunungan Morombo itu, MOM
hanya punya kandungan bijih nikel di 10 ha Iahan Area Penggunaan Lahan
(APL). Hitungannya, dari 2.000 ha yang menjadi area IUP eksplorasi MOM,
50,15% (1.003 ha) adalah kawasan hutan lindung, 39,05% (781 ha) adalah
hutan produksi, dan sisanya 10.8% (216 Ha) adalah APL. Dari APL ini,
bijih nikel ada di lahan tak lebih dari 10ha-nya saja yang mengandung
batuan ofiolit, selebihnya sekitar 1421ha kandungan bijih nikel itu ada
di hutan lindung dan hutan produksi yang sebenarnya tidak boleh
ditambang.
Area konsesi nikel milik MOM ini termasuk kedalam Peta Geologi Regional Bersistem Indonesia Lembar Lasusua-Kendari, Sulawesi. Luasan lokasi sekitar 71,55% (1.431 ha) yang masuk ke dalam satuan batuan ofiolit dan 28,45% (569 ha) termasuk dalam satuan aluvium . Aluvium itu terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lempung. Sedangkan, batuan ofiolit kandungannya peridotit, harzburgit, dunit, gabbro dan serpentinit yang potensi nikelnya besar. “Hanya kami tidak tahu dari 10ha yang boleh eksplorasi itu seperti apa kuantitas maupun kualitas nikelnya,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, PT MAESA Optimalah Mineral dengan Vansun Holding Group telah menandatangani MoU bersama 11 pasangan mitra Indonesia – China lainnya di Beijing China dalam rangkaian APEC Presiden Joko Widodo
Area konsesi nikel milik MOM ini termasuk kedalam Peta Geologi Regional Bersistem Indonesia Lembar Lasusua-Kendari, Sulawesi. Luasan lokasi sekitar 71,55% (1.431 ha) yang masuk ke dalam satuan batuan ofiolit dan 28,45% (569 ha) termasuk dalam satuan aluvium . Aluvium itu terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lempung. Sedangkan, batuan ofiolit kandungannya peridotit, harzburgit, dunit, gabbro dan serpentinit yang potensi nikelnya besar. “Hanya kami tidak tahu dari 10ha yang boleh eksplorasi itu seperti apa kuantitas maupun kualitas nikelnya,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, PT MAESA Optimalah Mineral dengan Vansun Holding Group telah menandatangani MoU bersama 11 pasangan mitra Indonesia – China lainnya di Beijing China dalam rangkaian APEC Presiden Joko Widodo