BBM Naik, Dalih APBN Hemat Vs Penghianatan Kepada Rakyat Tuk Melindungi Kapitalis Migas.
OLEH : BIA WAKATOBI
Kenaikan BBM pada bulan Mei mendatang merupakan penghianatan Kepada
Rakyat dan merupakan perlindungan kepada Kapitalis yang berarti hanya
mencari-cari sudut pandang secara korelatif yang dipaksakan.
Rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi pada Mei
mendatang secara jujur sangatlah tidak adil karena ada anggaran lain
yang selama ini turut membebani APBN.
Dalam APBN Tahun 2013,
anggaran sebesar 117,7 Triliun yang meliputi anggaran untuk membayar
cicilan bunga utang sebesar 113,243 triliun dan cicilan pokok utang
58,405 triliun harus nya dipandang akan mengalami perbaikan secara
signifikan bagi geliat perekonomian sebab mengalami peningkatan
dibanding APBN tahun 2012 sebesar 167,5 triliun, belum termasuk belanja
birokrasi pemerintah sebesar Rp400,3 Triliun.
Tapi, mengapa
anggaran sebesar ini tidak pernah dipersoalkan. Mengapa yang selalu
dipersoalkan dan dipersepsikan sebagai beban APBN hanya anggaran subsidi
BBM termasuk subsidi energi. Hal ini penting oleh karena anggaran
subsidi BBM termasuk subsidi energi merupakan kebutuhan vital yang
menggerakan roda perekonomian masyarakat. Seharusnya Ketika terjadi
penyelewengan, yang dilakukan pemerintah adalah penegakan hukum secara
adil dan tegas. Artinya seret pialang jahat para kapitalis itu, Bukan
dengan membebani masyarakat lewat kenaikan harga BBM. Sesungguhnya
penghematan sebesar Rp 30 triliun dari kebijakan dual price tidak akan
sebanding dengan dampak inflasi dan kenaikan harga kebutuhan pokok yang
harus di tanggung masyarakat.
Kita semua dapat mencermati
bahwa belumlah rencana kenaikan harga BBM di berlakukan, harga-harga
mulai membumbung naik. Bukan itu saja, praktis isue kenaikan harga BBM
menempatkan para pialang kapitalis BBM itu melakukan aksi borong dengan
berbagai kecurangan yang kita semua menyaksikan penayangannya di layar
TV, akhirnya berujung pada kondisi kelangkaan hingga seperti Kalimantan
Timur sebagai daerah penghasil minyak besar, nampak tidak lucu
memunculkan antrean panjang di setiap SPBU.
Dalih subsidi BBM
akan membebani APBN hanyalah kedok semata untuk menutupi tujuan
sesungguhnya yakni demi melayani kepentingan para kapitalis. Karena
Selama ini, para kapitalis di sektor migas kesulitan memasarkan produk
BBM karena harganya masih relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan
BBM bersubsidi yang dijual Pertamina. Lewat pencabutan subsidi BBM, maka
harga BBM menjadi terdongrak naik dan kompetitif. Kondisi ini membuka
peluang bisnis bagi para kapitalis migas untuk ikut bermain di sektor
hilir lewat penjualan BBM di SPBU SPBU asing atau sebagaimana di
beritakan di TV bahwa aksi borong para pialang Kapitalis migas ini di
timbun lalu di jual ke perusahaan dengan harga diatas seratus persen.
Rakyat menderita, merupakan potret yang memiris pilu hati nurani rakyat
dan pada sisi yang lain menempatkan kong kali kong para kapitalis migas
untuk secara sistematis mempengaruhi bahkan mengintervensi kekuasaan,
begitupun mekanisme monopolistik tidak juga membuat kita sadar bahwa ada
sisi perjuangan substantif yang harus dikedepankan bernama keberpihakan
terhadap masyarakat kecil.*****