Opinion Peblika

Opinion Peblika
Suasana Foto Galian Tanah Tambang C Tanpa Melalui SRKL dan AMDAL di Wakatobi

Jumat, 05 Agustus 2011

LA ODE IDA DAN TANTANGAN DI PENTAS PILGUB SULTRA 2012


Oleh: Erwin Usman
 
 
Warung Kopi Haji Anto. 27 Juli 2011. Jam menunjukan pukul 2 siang. Udara terik. Sejumlah orang berkumpul di warkop yang berlokasi di bilangan Saranani Kendari. Warkop yang sekaligus ditasbihkan sebagai salah satu "meeting point" favorit dari berbagai kalangan di kota Kendari. Utamanya aktivis, pelajar, mahasiswa dan politisi. Te...rmasuk dari kalangan jurnalis.

Warkop ini memang nyaman untuk tempat diskusi atau sekedar browsing. Tempatnya teduh, tidak berada di pusat jalan utama kota. Juga pemiliknya, Haji Anto, akan menyapa ramah pada pengunjung.

Sesekali, jika ada diskusi Haji Anto juga ikut terlibat beri pandangan. Ini terlihat dari sejumlah foto yang dipajang di beberapa sudut di warkop.

Siang itu saya sengaja hadir di warkop ini memenuhi undangan Krisni Arifin Utha. Seorang novelis. Undangan yang sama disebar juga di Facebook Group Sultra Watch. Ini nama group diskusi dunia maya yang biasa disebut SW,yang dibangun sekitar bulan Maret 2011, oleh sejumlah aktivis gerakan sosial di Sultra.

Hingga awal bulan Agustus ini members di forum SW ini hampir mencapai 5.000 orang. Dari beragam kalangan sosial. Tujuannya sederhana: berbagi pandangan untuk masa depan Sultra yang lebih baik.

Kembali ke topik, dari informasi Krisni dan membaca di forum SW, kabarnya, bung Laode Ida, salah seorang putra terbaik Sulawesi Tenggara (Sultra) saat ini, yang dikenal sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI), akan hadir di warkop ini untuk berdiskusi dengan rekan-rekan aktivis dan pegiat isu-isu sosial dan pembangunan. Tentu saja difokuskan pada isu-isu yang ada di wilayah Sultra.

Saat diinfokan soal ini saya mengiyakan pada Krisni, sebab saya mau mendengarkan juga pandangan bung Laode Ida--umum disebut LOID--terkait dengan carut marut pengurusan lingkungan dan sumber daya alam di bumi Anoa, Sultra. Terutama tambang dan perkebunan besar Kelapa Sawit.

Dua industri ekstraktif ini, sedang marak di Sultra dalam 4 tahun terakhir ini. Juga menyisakan konflik struktural yang serius.

Alasan lain saya hadir, saya mendengar bung LOID mau maju di putaran Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sultra 2012. Saya tertarik mendengar gagasan segar dan cerdasnya tentang Sultra masa depan. Mengingat pada tahun 2007/2008 lalu, saat berkeinginan maju di Pilgub, bung LOID terganjal pintu parpol. Alias tidak dapat pintu untuk masuk bertarung.

Sebagaimana diketahui, dalam Pilgub tersebut pasangan Nur Alam-Brigjend (Purn) Saleh Lasata (NUSA) yang diusung PAN dan PBR yang unggul satu putaran.

****
Sekitar pukul 14.30. Bung LOID hadir. Disertai dengan sejumlah orang yang selama ini dikenal sebagai orang-orang dekatnya. Baik berdomisili di Jakarta, maupun Sultra. Tampak diantaranya: Sahadat, Laode Udin, Boge Rahman Farisi, dan Laode Wahab.

Saya sempat bersalaman dengan bung LOID dan berbagi kabar singkat. "Hai Win, apa kabar?," sapa beliau dengan ramah. "Baik bang Ida, alhamdulillah," jawab saya singkat. Sekilas saya lihat, bung LOID tampak sedikit kelelahan di wajahnya.

Pertemuan terakhir saya dengan beliau pada saat saya dkk aktivis prodem '98 dan Persaudaraan Kaum Muda Indonesia (PKMI) Buton Raya menggelar acara: "Silaturahim dan Pertemuan Aktivis Prodem". Itu tanggal 27 April 2011. Bertepatan dengan puncak peringatan HUT Sultra ke-47 yang dipusatkan peringatannya di Kota Baubau.

Kala itu bung LOID didapuk jadi narasumber. Selain Waode Nurhayati (DPR RI), Laode Djeni Hasmar (Ketua Kerukunan Keluarga Sultra/KKST), dan Hugua (Bupati Wakatobi).

Setelah beberapa menit bertegur sapa dan berbagi kabar dengan peserta lain, bung LOID lalu mempersilahkan Krisni untuk menjadi moderator acara.

Krisni menyampaikan bahwa, forum diskusi ini dibuat santai saja. "Sebab bang Laode Ida ingin berdiskusi santai dengan kawan-kawan semua tentang berbagai hal terkait dinamika pembangunan di Sultra, terutama menyangkut tugas-tugas di DPD RI".

Saat mulai diskusi saya hitung di area meja yang didesain melingkar, ada sekitar 40-an peserta ikut. Ada mahasiswa, aktivis NGO, jurnalis, serta pemerhati sosial lainnya.

Secara garis besar ada 5 hal yang disampaikan bung LOID dalam forum itu. Pertama, respon soal kelangkaan BBM bersubsidi dan penyediaan energi yang berkelanjutan. Kedua, soal manajemen sumber daya manusia (pendidikan, kesehatan).

Selanjutnya, soal ketiga, perbaikan infrastruktur dasar. Keempat, pengelolaan anggaran negara yang baik dan bebas korupsi. Adapun kelima, pengelolaan lingkungan dan SDA, terutama soal carut marut tambang dan perkebunan kelapa sawit skala besar.

Dalam pejelasan saat paparkan ide-idenya, maupun menanggapi pertanyaan dari peserta diskusi, bung LOID tampak bersemangat. Pemahamannya akan tema-tema sentral di atas cukup baik. Walau saja, untuk soal agenda membereskan karut marut pertambangan dan perkebunan sawit, saya cermati, jawaban bung LOID masih "mengambang". Mungkin, butuh satu forum khusus untuk mendedah pikiran beliau soal isu strategis ini.

Kapasitas intelektual akademiknya sebagai seorang Doktor Sosiologi (Konsentrasi Sosiologi Politik) jebolan UI, yang masih juga mengampu mata kuliah di UNJ dan sejumlah perguruan tinggi di Indonesia, menjadikan bung LOID tangkas dalam menghadapi forum-forum diskusi seperti ini, termasuk dalam menulis menuangkan gagasannya.

Ini juga ditunjang latar belakangnya yang lama malang melintang di dunia NGO (LEPSEK, FITRA, PSPK). Sebelum pada Pemilu 2004 terpilih untuk pertama kalinya masuk ke senayan dan menjabat Wakil Ketua DPD RI.

Sejumlah gagasan tentang pembenahan sistem pemerintahan, sejatinya sudah banyak dipaparkan bung LOID dalam buku terbarunya yang direlease media April 2011 lalu. Judulnya: Negara Mafia diterbitkan Galang Press Jogjakarta.

Buku Negara Mafia ini, sebagaimana diutarakan Moh. Asy'ari Muthhar, dijadikan instrumen urgen oleh Laode dalam mengeksplorasi ide-idenya dengan mendasarkan pada pengalaman dirinya sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah yang banyak bergelut dengan dunia glamor para penjahat negara.

Salah satu ide cerdasnya yang dilontarkan dalam buku ini adalah tawarannya dalam upaya pemberantasan ko­rupsi di negara mafia seperti Indonesia. Menurut Laode, pemberantasan praktik KKN harus dibarengi dengan perangkat hukum yang tegas. Dia mencontohkan Tiongkok yang memberlakukan hukuman mati untuk setiap orang yang terbukti melakukan korupsi di semua lembaga, baik pemerintahan maupun swasta.

Lalu, atas pertanyaan pancingan dari forum tentang keseriusan beliau maju di putaran Pilgub Sultra 2012, secara bercanda di jawab,"Saya kira bukan di sini forumnya, jika tiba waktunya Insya Allah saya akan sampaikan,".

Pun demikian, realitasnya, sejak akhir tahun 2010, publik di Sultra sudah mendapatkan sejumlah kalender, stiker serta baliho bergambar Laode Ida. Termasuk saat peringatan HUT Sultra yang dipusatkan di Kota Baubau, bulan April 2011 lalu. Bagi publik, ini pesan politik tersirat dari bung Laode Ida.

****
Nampaknya, hampir pasti bung LOID akan maju di pentas Pilgub Sultra 2012. Menantang calon incumbent Nur Alam yang saat ini juga Ketua DPW PAN Sultra 3 periode. Serta, calon lain yang tidak bisa dipandang remeh, bung Ali Mazi. Mantan Gubernur Sultra 2003-2008 yang juga Ketua Nasional Demokrat Provinsi Sultra. Sejak kalah dikontestasi Pilgub 2007, rupanya bung Ali Mazi (AM) masih penasaran dan hendak menjajal lagi pertarungan Pilgub tahun 2012.

Adapun calon lain yang disebut-sebut publik punya kans besar maju di Pilgub 2012, namun belum dekler secara resmi (terbuka) yaitu: Waode Nur Hayati (WON). Politisi muda PAN asal Buton ini, mulai dikenal luas masyarakat saat mengungkap kasus Mafia Anggaran di DPR RI. Kasus yang diungkap sejauh ini belum ada tanda penyelesaian baik di senayan maupun pihak berwajib.

Bung LOID, tokoh yang dikenal populis karena kesederhanaan hidup bersama keluarganya, low profile, juga sikap non protokolernya, kembali akan menghadapi suatu pertarungan politik yang keras. Jam terbangnya sebagai politisi nasional masih akan diuji di kampung halamannya sendiri. Sulawesi Tenggara.

Semoga problem pintu parpol atau jalur independen yang akan digunakan bung LOID, sudah disiapkan jawaban berikut strateginya bersama Tim Suksesnya. Agar peristiwa tahun 2007 tidak terulang lagi.

Jika bung LOID kembali datang dengan persiapan yang matang, pertarungan Pilgub Sultra tahun depan, rasanya akan lebih menarik.

05 Agustus 2011
*) Catatan Diskusi 27/7/11 @Warkop H.Anto.

Tidak ada komentar: