Opinion Peblika

Opinion Peblika
Suasana Foto Galian Tanah Tambang C Tanpa Melalui SRKL dan AMDAL di Wakatobi

Selasa, 03 November 2009

KINERJA ASPAL BUTON BISA DITINGKATKAN : MELALUI LASBUTAG MODIFIED, PERMUKAAN JALAN BISA TAHAN 10 TAHUN" (BAGIAN KEDUA DARI DUA TULISAN)



Berdasarkan hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh Mijnbouwkundig Goelogish Onderzoek Oost Celebes (1924), diperoleh data bahwa mineral yang terdapat dalam satuan ± 80 % kandungan kapur dan fraksi pasir adalah terdiri dari : CaCOз=81,62% - 85,27%; MgCOз=1,98-2,25%; CaSOч = 1,25%-1,70%; CaS =0,17%-0,33%; SiO2 =6,95%-8,25%; Al2O3 + Fe2O3 = 2,15%-2,84%; Air Kristal=1,30 %-2,15% dan bahan lain=0,83%-1,12%. Sedangkan dalam perdagangan Asbuton dikenal dengan istilah : Asbuton B-10 (kadar bitumen/kb=9,0-11,4%), Asbuton B-13 (kb=11,5–14,5%), Asbuton B-16 (kb=14,6–17,9%), Asbuton B-20 (kb=18,0–22,5%), Asbuton B-25 (kb=22,6 – 27,4%), Asbuton B-30 (kb=27,5–32,5), Asbuton B-35 (kb=32,6–37,4%), Asbuton B-40 (kb=37,5 – 42,5 %) dlsb.
Dalam formulasi fisika-kimia Aspal Buton, diperoleh data bahwa Bitumen adalah terdiri dari unsur Asphalten+Malten. Asphalten adalah unsur aspal alam (aspal murni) Sedangkan unsur Malten ialah terdiri dari : Nitrogen Base + Acidaffins I + Acidaffin II + Paraffins. Oleh karena itu unsur Malten dalam Aspal Buton bisa diperbanyak dengan menambah fux oil buatan yang terdiri dari campuran dengan perbandingan tertentu antara aspal produksi Pertamina (AC) dan minyak tanah (korosin) yang besarnya perbandingan ini tergantung dari kebutuhan unsur Malten tersebut (Malten bisa bersenyawa addesif dengan Asphalten dan dapat mengikat batuan).
Pada beberapa tahun lalu, para praktisi dibidang jalan yang telah menggeluti laboratorium di daerah ini telah melakukan bebagai uji coba dan penelitian tentang penggunaan Lasbutag untuk bahan lapis aus permukaan jalan yakni dengan memodifikasi campuran dan hasilnya diperoleh relative cukup memuaskan. Pada tahun 1995 pada lokasi Proyek Peningkatan Jalan Wakuru-Tolandona-Wara yang dibiayai oleh APBD I, telah dilakukan uji coba sintesis Lasbutag Modified pada lapis aus jalan kota Lombe sepanjang 1,50 Km, dan diperoleh hasil kualitas lapis aus jalan dapat tahan sampai tahun 2005 (baca : 10 tahun ) yang mana sampai waktu tersebut belum ditemukan tingkat kerusakan jalan secara terstruktur. Padahal ruas jalan poros sepanjang 1,50 Km dalam kota Lombe ini jarang sekali dipelihara baik pemeliharaan rutin maupun berkala serta jalur jalan ini ramai dilintasi oleh kendaraan umum dan truk yang mengangkut penumpang dan barang yang menghubungkan Tampo dan Wara. Ini menandakan bahwa campuran Lasbutag Modified yang diterapkan disini cukup berhasil. Oleh karena itu bisa dikembangkan lagi guna memperoleh mutu konstruksi yang lebih baik dan tahan lama. Timbul pertanyaan ;”Bagaimana metode campuran yang diterapkan pada konstruksi lapis aus permukaan jalan tersebut sehingga Lasbutag Modified bisa berhasil baik di ruas jalan dalam Kota Lombe ini” ?! Sebagai jawabnya ialah bahwa pertama kali yang perlu diketahui ialah kadar Aspal Buton (Asphalten) dan kadar Malten yang akan dipakai pada proyek ini. Asbuton yang dipakai adalah B-16 dengan kadar Malten tertentu (kadar Malten harus diuji dilaboratorium). Setelah diketahui kadar Asphalten dan Maltennya, barulah kita menentukan perbandingan agregat yang memadai untuk mengimbangi kadar Aspal Buton ini yakni dengan memodifikasi campuran standar Lasbutag menjadi Lasbutag Modified dengan memberikan perbandingan 60 % Agregat (sirtu sungai) dengan 40 % Aspal Buton B-16. Sedangkan penambahan unsur Malten, yaitu dengan memberi 50 % AC 80/90+ 20 % Bunker Oil + 30 % minyak tanah sebagai bahan modifier buatan. Aspal Buton dan Agregat dicampur bersamaan pada mesin Molen dan diberikan modifier buatan sesuai takaran. Selanjutnya Lasbutag Modified tersebut diperam 3 x 24 jam sebelum dihampar. Penghamparan Lasbutag Modified ini pada permukaan jalan stenslaag yang sudah disiapkan terlebih dahulu sepanjang 1,50 Km, dimana permukaan stenslaag tidak boleh hancur, artinya permukaan masih memiliki poreus yang cukup untuk tempat mengikatnya Lasbutag Modified yang akan dihampar. Setelah dihampar dengan tebal ±5 Cm, lalu dipadatkan dengan Mesin penggilas roda besi bobot 8 ton sebanyak 5 ship. Hasilnya bisa masyarakat menyaksikan di ruas jalan kota Lombe sepanjang 1.50 Km yang kondisinya relative masih cukup baik hingga saat ini.
Berdasarkan dari hasil temuan ini, pada tahun 2002 penulis melakukan penelitian lanjutan pada Laboratorium Uji Bahan Jalan di Baddoka Makassar untuk menguji secara teoritis stabilitas yang terjadi pada Lasbutag Modified tersebut. Penelitian ini dinamakan Uji Stability Lasbutag Modified, dengan memakai Asbuton Kadar B-20. Pengujian dilakukan antara perbandingan Agregat tertentu dan Asbuton, dimulai dari parameter dasar sesuai spesifikasi Bina Marga yakni; 18% Asbuton : 82 % Agregat sampai dikembangkan menjadi ; 24 % Asbuton :76 % Agregat; 28 % Asbuton : 72 % Agregat; 35 % Asbuton : 65 % Agregat dan 45 % Asbuton : 55 % Agregat. Selain itu untuk menambah unsur Malten, diberi bahan peremaja, berupa flux oil buatan dengan perbandingan 70 % AC 80/90 berbanding 30 % minyak tanah (korosin). Berdasarkan hasil penelitian ini dengan menggunakan Marshall Test set diperoleh data bahwa stabilitas naik secara linier mulai 280 Kg/cm sampai 2400 Kg/cm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah satuan Asbuton dalam suatu campuran Lasbutag Modified terhadap agregat tertentu semakin didapatkan stabilitas yang baik dimana stabilitas bisa mencapai diatas 2000 Kg/cm. Stabilitas diatas 2000 kg/cm2 setara dengan stabilitas Hot Mix Aspal Cement (ATB, HRS-BC), sehingga kekuatan daya tahan sebagai lapis aus permukaan jalan bisa diandalkan. Hasil uji ini dihampar diatas permukaan aspal yang terdapat pada jalan poros di depan Laboratorium Bahan Jalan Baddoka kota Makassar sepanjang ± 50 m dengan lebar 2,00 meter, yang mana hingga saat ini kondisinya masih tetap baik. Kedepan masih diperlukan rekayasa dan penelitian lebih lanjut tentang Lasbutag Modified dengan menambah parameter uji berupa mengukur tingkat keausan, mengukur ketahanan dengan alat PRD dlsb sampai ditemukan campuran standard yang bisa diajukan menjadi NSPM dan diterbitkan SNI-nya. Para praktisi dalam melaksanakan penelitian di daerah ini masih mendapatkan banyak kendala, antara lain belum tersedianya instrumentasi laboratorium lengkap untuk rujukan pengujian, sehingga mereka masih enggan untuk menggelutinya. Sebagai solusi diharapkan mulai saat ini adanya keterlibatan pemerintah daerah untuk mendatangkan seperangkat alat uji Konstruksi lapis aus jalan lengkap berikut sarana gedung untuk digunakan para praktisi yang terdiri para unsur putra daerah untuk menekuni penelitian lebih lanjut masalah pemanfaatan Asbuton baik untuk bahan jalan maupun bahan tekhnologi industri. Sudah perlu dipikirkan pembentukan devisi Badan Penelitian dan Pengembangan Laboratorium Bahan Jalan dan Jembatan Direktorat Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum yang di alokasikan di daerah ini. Mengapa harus dibuat devisi pengujian di daerah ini, tak lain memiliki dua alasan yakni ; pertama adalah mengambil hak kemerdekaan bagi daerah otonom untuk menentukan nasib sendiri dalam menentukan riset dan pengembangan----jangan saja dipusat yang memonopoli hak-hak riset dan pengembangan dengan segala fasilitasnya, agar daerah-daerah lain di luar pulau Jawa juga bisa selangkah lebih maju, kedua ialah agar supaya para praktisi kita lebih mudah melakukan penelitian karena tambang Aspal Buton relative cukup dekat guna pengambilan sample disamping itu hasil penelitian betul-betul murni tanpa adanya tekanan rekayasa hegemoni politik dagang dengan pihak-pihak tertentu. Mampukah pemerintah daerah melobi departemen terkait untuk dapat mendatangkan seperangkat peralatan laboratorium uji konstruksi lapis aus jalan serta mampukah para praktisi jalan yang berdomisili di daerah ini untuk bersaing dengan para pakar aspal yang ada di pulau Jawa guna mendapatkan temuan campuran lebih baik tentang pemanfaatan Aspan Buton sebagai bahan lapis aus jalan ?!. Sebagai jawabnya tentu ini semua tergantung dari kita semua sebagai putra daerah khususnya tertantang bagi lembaga-lembaga peneliti pada perguruan tinggi yang ada di daerah ini, mampukah kita berbuat untuk kemajuan negeri ini. ***

Tidak ada komentar: