Opinion Peblika

Opinion Peblika
Suasana Foto Galian Tanah Tambang C Tanpa Melalui SRKL dan AMDAL di Wakatobi

Senin, 23 Mei 2011

BANGSA INDONESIA DIAMBANG KEHANCURAN IDEOLOGI : "MASIH SAKTIKAH PANCA SILA ITU" ?!

OLEH : ALI HABIU




 MASIH SAKTIKAH PANCA SILA INI ?


Akibat dari krisis ideologi negara mulai tahun 1999  Pemerintah Indonesia sudah tidak lagi mau menegakkan Panca Sila" sebagai dasar negara keseluruh batang tubuh kehidupan bangsa dan negara. Hal ini diakibatkan oleh adanya tuntutan reformasi total yang diembus oleh kelompok-kelompok fundamentalis tertentu yang menginginkan agar kehidupan sosial, pilitik dan kemasyarakatan di Indonesia mengalami korosi secara bertahap dan meyakinkan sehingga sustau saat berpotensi masuknya ideologi baru yang bertentangan dengan nilai-nilai perjuangan sebagaimana diamanahan dalam pembukaan UUD-1945. Tidak semua sistem Orde Baru itu buruk dan merugikan masyarakat, ada juga nilai-nilai yang telah dicapai oleh masa kepemimpinan Soeharto yang baik walaupun mungkin belum sempurna sebagaimana yang kita inginkan. 

Pendidikan Moral Panca Sila disetiap sendi sendi kehidupan bangsa dan negara di masa Orde Baru adalah salah satu program yang baik dalam menyelamatkan ideologi Panca Sila sebagai landasan pri kehidupan masyarakat di Indonesia. Demikian pula pendikan Filsafat Panca Sila yang diajarkan di setiap mahasiswa Perguruan Tinggi di Indonesia adalah juga merupakan pendidikan ideologi guna menjadikan Panca Sila sebagai pedoman dalam berkehidupan bangsa dan negara. 

Akibat dari tidak adanya lagi materi pelajaran Pendidikan Moral Panca Sila secara utuh di setiap sekolah-sekolah di Indonesia mengakibatkan banyak siswa-siswa yang tidak mengetahui secara baik dan benar bahwa Panca Sila itu sebagai ideologi negara dan sebagai sumber dari segala sumber hukum bagi peradaban manusia Indonesia. Kini timbul masalah baru dietiap sekolah-sekolah di Indonesia lebih dominan pendikan agama (islam) yang diajarkan dengan lokus pada penegakan Syareat Islam dan Hilafiah, maka dampaknya sekarang ditengarahi dari beberapa hasil penelitian di Indonesia bahwa para siswa di Indonesia cenderung radikalitas dengan tidak menyukai lagi adanya gambar burung garuda yang dipajang di sekolah-sekolah mereka dengan alasan bahwa burung garuda adalah bukan tuhan. Ini pertanda bahwa negara dalam ambang kehancuran..! mengapa demikian ? sebab gerakan terorisme diawali dengan sifat radikalitas sekelompok orang kemudian membentuk gerakan separatisme dan ekstrimisme.

Memang jujur harus kita akui bahwa penerapan isi materi konstektual buku Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Panca Sila (P-4) yang telah disusun oleh pemerintah masa presiden Soeharto berkuasa adalah belum sempurna sebagaimana yang kita inginkan. Kebanyakan materi P-4 yang ada merupakan hasil buah pikiran dari para penyusunnya bukan substansinya  diambil dari konteksi nilai-nilai peradaban masyarakat lokal masing-masing wilayah di Indonesia. Akibatnya untuk menjelaskan saja sila pertama yakni "Ketuhanan yang Maha Esa" belum sempurna sebagai mana yang dijalankan oleh kebiasaan para leluhur bangsa ini di zaman dahulu kala. Padahal "Ketuhanan yang Maha Esa" itu meliputi seluruh kehidupan alam semesta termasuk dengan semua mahluk diatasnya baik mahluk bergerak maupun tidak bergerak. Dalam materi ajar "ketuhanan Yang Maha Esa" selama ini belum di susun materinya secara spesifik berdasarkan kebhinekaan di Indonesia. Bahwa Indonesia adalah tidak menganut agama sekuler atau tidak menganut agama islam secara totalitas, namun juga terdapat agama-agama lain seperti : Keristen, Hindu, Budha, Konhucu. Olehnya itu materi diskripsi yang mestinya ditempilkan dalam buku perubahan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Panca Sila itu harus dapat dipisahkan secara spesifik dan komunal dari masing-masing agama tersebut. Olehnya itu dalam penyusunannya perlu dilibatkan semua tokoh dan pakar lintas agama sehingga muatan materinya bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat di penjuru negeri ini. Ketuhanan Yang Maha Esa inilah merupakan sumber dari segala sumber inspirastif dalam pengilhaman sila-sila lain dari 4 sila dalam Panca Sila itu, sebab disinilah kata kunci ahlak, budi pekerti, norma-norma ketaatan dan kepercayaan atas masing-masing agama secara individu dalam kerangka kehidupan berbagsa dan bernegara di Indonesia.
Belum lagi kita berbicara sila kedua Panca Sila yakni "Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab" . dalam materi P-4 dan buku-buku lain tentang Panca Sila di Indonesia yang ada selama ini juga belum bisa menjelaskan dan menguraikan secara benar dan lengkap tentang pemahaman sila kedua ini.  Kemanusiaan yang adil dan beradab itu bukan semata ukurannya terletak pada peradaban dan keadilan tapi harus juga isi materinya menguraikan tentang substansi apa itu  spesifikasi kemanusiaan  yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang sudah ada sejak dahulu kala dan hingga saat ini masih  banyak diperaktekkan pada pelosok-pelosok desa terpencil di nusantara ini. Kemudian keadilan itu wujudnya apa dalam konteksi ke indonesiaan demikian pula peradaban itu modelnya sebagimana  yang pernah dialami oleh  setiap gugusan pulau-pulau di Indonesia ketika zaman dahulu kala dalam keadaan hidup bersahaja, damai, tenteram dan bersatu padu dalam sifat gotong royong saling melindungi sesama warganya.
Kemudian sila ketiga "Persatuan Indonesia" itu wujudnya bagaimana pada manusianya dalam artian bagaimana wujud sikap, laku, pemahaman konseptual dan spritual yang harus dimiliki oleh setiap manusia indonesia sehingga dia bisa memiliki rasa tanggungjawab dalam dirinya untuk menjamin dan menjaga selalu adanya persatuan diantara sesama manusia Indonesia. Lain lagi dengan 'Sila keempat" yakni Kerakyatan yang dipimpin Oleh Hikmah kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan perwakilan. Konteksi materi ajar yang ada dalam buku P-4 dan buku-buku ajar lain tentang Panca Sila yang ada selama ini juga belum menyentuh makna hakiki dan harfiah apa itu  permusyawaratan, apa itu perwakilan, apa itu kerakyatan dan apak itu hikmah kebijaksanaan yang harus ditanam jauh-jauh didalam lubuk hati setiap insan manusia di Indonesia dan diwujudkan dalam sikap dan tindaknya sehari-hari. Materinya mestinya perlu lagi diperluas dalam tataran pemahaman hakiki dan substansial sesuai dengan nilai-nilai adab, budaya dan tradisi para leluhur bangsa ini dikontekskan dalam wujud diskripsi kontekstual sehingga siapa saja yang membaca dan mempelajarinya akan merasuk kesendi-sendi batang tubuhnya. Dengan demikian setiap insan manusia Indonesia memiliki jiwa dan roh yang satu dalam setiap sikap dan tindaknya yakni selalu bijaksana, selalu bermusyawarah dengan adil dan bijaksana sebelum memutuskan sesuatu yang penting, selalu memperhatikan nasib rakyatnya, selalu adil dan bijaksana dalam memutuskan segala sesuatu dan berpihak kepada rakyat dan dia jujur, bersih dan takut kepada Tuhan YME. Dan terakhir "Sila kelima" yaitu Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. dalam konteksi isi materi buku P-4 dan buku-buku lainnya yang ada selama ini juga belum secara tuntas menggambarkan hakikat apa itu keadilan. Bisakah seseorang itu berbuat adil kepada orang banyak jika dia sendiri tidak bisa berbuat adil sama dirinya sendiri. Nah bagaimana materi dapat diisi  secara susbtansial dengan mendekatkan sistem nilai-nilai adat, istiadat dan peradaban para leluhur kita yang ketika itu selalu berbuat adil sama dirinya sendiri sebelum berbuat adil kepada orang lain. bagaimana peranan Ketuhaan yang maha Esa dalam hubungan ini. Dan adil itu wujudnya bagaimana ?.

Soekarno dalam Pidatonya tentang Panca Sila

Oleh karena itu kondisi peradaan bangsa dan negara yang saat ini sudah dalam ambang kehancuran tidak boleh dibiarkan dan didiamkan, maka mulai saat ini saya mengajak pemerintah pusat segera bentuk Tim Khusus penyusun naskah meteri ajar  Panca Sila yang benar dan lengkap dengan diilhami oleh nilai-nilai adat istiadat, tradisi, dan kebudayaan bangsa indonesia. Tentu dalam hal ini harus  melibatkan para budayawan, para ilmuwan, para kebatinan sehingga keterpaduan semua unsur bisa mewakili sistem nilai yang akan di diskripsikan secara kontekstualitas dalam buku Pedoman Penghayatan dan Pengalmalan Panca Sila yang baru sebagai pedoman bagi seluruh bangsa indonesia.  Panca Sila merupakan sumber dari segala sumber hukum bangsa Indonesia dan sumber inspirasi kebangsaan.

Adapun pendekatan ilmiah dalam penyusunan kembali materi ajar buku Pedoman  Penghayatan dan Pengamalan  Panca Sila itu dapat didekati misalnya dengan apa yang dikemukakan oleh Miftah Thoha dalam bukunya Dimensi-Dimensi prima dalam Ilmu Administrasi Negara (2005), mengatakan bahwa untuk membuat kebijakan publik maka salah satu model yang baik adalah model rasionalisme dimana suatu policy yang rasional adalah dirancang secara tepat untuk memaksimalkan "hasil nilai bersih". Dengan nilai hasil bersih ini dimaksudkan bahwa semua nilai-nilai yang bergayutan di dalam masyarakat diketahui.*****

Tidak ada komentar: