Oleh : OVANKUSUMAHATI
Untuk mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi Perjuangan Diplomasi pada tanggal 17 mei 1949 Indonesia dan Belanda mengadakan perundingan di Jakarta, yang kemudian di kenal dengan Persetujuan Roem Royen. Dalam persetujuan ini dicapai kata sepakat untuk mengadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang pelaksanaannya tanggal 23 Agustus-2 November 1949 di Den Haag, Belanda. Hasil utama KMB adalah pengakuan Kedaulatan Repulik Indonesia Serikat dan mengenai status Irian Barat ditunda selama setahun setelah KMB. Tidak hanya perjuangan secara diplomasi yang di lakukan Indonesia namun juga dengan melakukan konfrontasi ekonomi namun itu tetap tidak berhasil. Ahirnya mungkin karena sudah jengkel presiden sukarno mengeluarkan suatu komando yang di kenal dengan Tri Komando Rakyat (TRIKORA) yang isinya sebagai berikut. TRI KOMANDO Kami Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Repulik Indonesia, dalam rangka politi konfrntasi dengan pihak Belanda untuk membebaskan Irian Barat telah memberikan intruksi kepada Angkatan Bersenjata untuk pada setiap waktu yang kami akan tetapkan menjalankan tugs kewajiban membebaskan Irian Barat Tanah Air Indonesia dari belenggu kolonialisme Belanda. Dan, kini oleh karena Belanda masih tetap mau melanjutkan kolonialisme di tanah air kita Irian Barat, dengan memecah belah Bangsa dan Tanah Air Indonesia, maka kami perintahkan kepada rakyat Indonesia, juga yang berada di Irian Barat, untuk melaksanakan Tri Komando sebagai berikut. 1. Gagalkan pembentukan Negara boneka Papua Belanda Kolonial. 2. Kibarkanlah Sang Merah Putih di Irian Barat Tnah Air Indonesia. 3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air dan Bangsa. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati perjuangan kemerdekaan Indonesia Yogyakarta, 19 Desember 1961 Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia/ Pimpinan Besar Revolusi Indonesia/Panglima Besar Komado Tertinggi Pembebasan Irian Barat SOEKARNO Sebagai langkah awal pelaksanaan Trikora dibentuk suatu komando operasi yang diberi nama Komando Mandala Pembebasan Irian Barat. Komando ini dibentuk pada tanggal 2 Januari 1962, dengan tugas sebagai berikut. a. Merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi-operasi militer, dengan tujuan mengembalikan Wilayah Propinsi Irian Barat ke dalam kekuasaan Negara Republik Indonesia. b. Mengembangkan situasi militer di wilayah propinsi Irian Barat. Panglima Komando Mandala Pembbasan Irian Barat dijabat oleh Brigadir Jendral Soeharto yang kemudian dinaikkan pangkatnya menjadi Mayor Jendral. Kolonel (Laut) Soebondo sebagai Wakil Panglima I, Kolonel (Udara) Leo Wattimena sebagai Wakil Panglima II, serta Kolonel Achmad Tahir sebagai Kepala Staf Gabungan. Komando Mandala melakukan operasi-operasi pembebasan Irian Barat dalam tiga fase, yaitu sebagai berikut. 1. Fase Infiltrasi (sampai akhir tahun 1962) Dengan memasukkan 10 kompi militer ke sasaran-sasaran tertentu untuk menciptakan daerah bebas de facto. Kesatuan-kesatuan itu harus mengembangkan penguasaan wilayah dengan membawa serta rakyat Irian Barat dalm pejuangan dalam membebaskan perjuangan membebaskan wilayah tersebut. 2. Fase Eksploitasi/Serangan Terbuka (mulai awal 1963) Denagn mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan, dan menduduki semua pos peertahanan musuh yang penting. 3. Fase Konsilidasi/Menegakkan Kekuasan (awal tahun 1964) Denagan menegakkan kekuasaan repulik Indonesia secara mutlak di seluruh Irian Barat Serangkaian aopersi pendaratan, baik melalui laut maupun udara dilaksanakan oleh Komando Mandala antara bualn Maret sampai bulan Agustus 1962 yang berahsil dengan baik. Opersi-operasi itu antara lain, Operasi Banteng, Operasi Srigala , Operasi Naga, Operasi Jatayu. Operasi-operasi tersebut kemudian disusul dengan serangan terbuka sebagai opeerasi penetuan yang disebut Operasi Jayawijaya. Selain operasi-operasi infiltrasi militer yang berhasil dengan baik, satu peristiwa heroic yang terjadi dalam usah pembebasan Irian Barat adalah terjadinya pertempuran di Laut Aru pada tanggal 15 Januari 1962. Pertempuran Laut yang sebenarnya tidak seimbang terjadi antara tiga perahu bermotor torpedo Motor Torpedo Boat (MTB) Angkatan Laut RI dipimpin oleh Laksamana (Komodor) Yos Soedarso melawan kapal perusak dan Fregat Belanda yang didukung oleh pesawat jenis Neptue. Pertempuran berakhir dengan tenggelamnya MTB Macan Tutul, sehingga gugurlah Komodor Yos Soedarso dan Kapten Wiratno, sedngkan dua MTB lainnya, yaitu MTB Harimau dan MTB Macan Kumbang yang masing-masing ditumpangi oleh Kolonel Soedomo dan Kolonel Moersid, berhasil meloloskan diri.
Untuk mengembalikan Irian Barat ke pankuan Ibu Pertiwi Perjuangan Dipomasi Pada tanggal 17 mei 1949 Indonesia dan Belanda mengadakan perundingan di Jakarta, yang kemudian di kenal dengan Persetujuan Roem Royen. Dalam persetujuan ini di capai kata sepakat untuk mengadakan Konferensi Meja Bundar KMB yang pelaksanaannya tanggal 23 Agustus-2 November 1949 di Den hag, Belanda. Hasil utama KMB adalah pengakuan Kedaulatan Repulik Indonesia Serikat dan mengenai status Irian Barat ditunda selama setahun setelah KMB. Tidak hanya perjuangan secaradiplomasi yang di lakukan Indonesia namun juga dengan melakukan konfrontasi ekonomi namun itu tetap tidak berhasil. Ahirnya mungkin karena sudah jengkel presiden sukarno mengeluarkan suatu komando yang di kenal dengan Tri Komando Rakyat (TRIKORA) yang isinya sebagai berikut. TRI KOMANDO Kami Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Repulik Indonesia, dalam rangka politi konfrntasi dengan pihak Belanda untuk membebaskan Irian Barat telah memberikan intruksi kepada Angkatan Bersenjata untuk pada setiap waktu yang kami akan tetapkan menjalankan tugs kewajiban membebaskan Irian Barat Tanah Air Indonesia dari belenggu kolonialisme Belanda. Dan, kini oleh karena Belanda masih tetap mau melanjutkan kolonialisme di tanah air kita Irian Barat, dengan memecah belah Bangsa dan Tanah Air Indonesia, maka kami perintahkan kepada rakyat Indonesia, juga yang berada di Irian Barat, untuk melaksanakan Tri Komando sebagai berikut. 1. Gagalkan pembentukan Negara boneka Papua Belanda Kolonial. 2. Kibarkanlah Sang Merah Putih di Irian Barat Tnah Air Indonesia. 3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air dan Bangsa. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati perjuangan kemerdekaan Indonesia Yogyakarta, 19 Desember 1961 Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia/ Pimpinan Besar Revolusi Indonesia/Panglima Besar Komado Tertinggi Pembebasan Irian Barat SOEKARNO Sebagai langkah awal pelaksanaan Trikora dibentuk suatu komando operasi yang diberi nama Komando Mandala Pembebasan Irian Barat. Komando ini dibentuk pada tanggal 2 Januari 1962, dengan tugas sebagai berikut. a. Merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi-operasi militer, dengan tujuan mengembalikan Wilayah Propinsi Irian Barat ke dalam kekuasaan Negara Republik Indonesia. b. Mengembangkan situasi militer di wilayah propinsi Irian Barat. Panglima Komando Mandala Pembbasan Irian Barat dijabat oleh Brigadir Jendral Soeharto yang kemudian dinaikkan pangkatnya menjadi Mayor Jendral. Kolonel (Laut) Soebondo sebagai Wakil Panglima I, Kolonel (Udara) Leo Wattimena sebagai Wakil Panglima II, serta KOlonel Achmad Tahir sebagai Kepala Staf Gabungan. Komando mandala melakukan operasi-operasi pembebasan Irian Barat dalam tiga fase, yaitu sebagai berikut. 1. Fase Infiltrasi (sampai akhir tahun 1962) Dengan memasukkan 10 kompi militer ke sasaran-sasaran tertentu untuk menciptakan daerah bebas de facto. Kesatuan-kesatuan itu harus mengembangkan penguasaan wilayah dengan membawa serta rakyat Irian Barat dalm pejuangan dalam membebaskan perjuangan membebaskan wilayah tersebut. 2. Fase Eksploitasi/Serangan Terbuka (mulai awal 1963) Denagn mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan, dan menduduki semua pos peertahanan musuh yang penting. 3. Fase Konsilidasi/Menegakkan Kekuasan (awal tahun 1964) Denagan menegakkan kekuasaan repulik Indonesia secara mutlak di seluruh Irian Barat Serangkaian aopersi pendaratan, baik melalui laut maupun udara dilaksanakan oleh Komando Mandala antara bualn Maret sampai bulan Agustus 1962 yang berahsil dengan baik. Opersi-operasi itu antara lain, Operasi Banteng, Operasi Srigala , Operasi Naga, Operasi Jatayu. Operasi-operasi tersebut kemudian disusul dengan serangan terbuka sebagai opeerasi penetuan yang disebut Operasi Jaayawijaya. Selain operasi-operasi infiltrasi milite yang berhasil dengan baik, satu peristiwa heroic yang terjadi dalam usah pembebasan Irian Barat adalah terjadinya pertempuran di Laut Aru pada tanggal 15 Januari 1962. Pertempuran Laut yang sebenarnya tidak seimbang terjadi antara tiga perahu bermotor torpedo Motor Torpedo Boat (MTB) Angkatan Laut RI dipimpin oleh Lksamana (Komodor) Yos Soedarso melawan kapal perusak dan Fregat Belanda yang didukung oleh pesawat jenis Neptue. Pertempuran berakhir dengan tenggelamnya MTB Macan Tutul, sehingga gugurlah Komodor Yos Soedarso dan Kapten Wiratno, sedngkan dua MTB lainnya, yaitu MTB Harimau dan MTB Macan Kumbang yang masing-masing ditumpangi oleh Kolonel Soedomo dan Kolonel Moersid, berhasil meloloskan diri.