OLEH
: ALI HABIU
Saat
ini keindahan struktur alam wilayah kepualauan Wakatobi baik yang terdapat di
darat maupun di laut serta keindahan budaya manusia dari gugusan pulau-pulau
tukang besi tersebut belumlah nampak kepermukaan secara nyata (kecuali struktur
laut pulau Hoga) karena hingga saat ini belum ada orang putra daerah asli yang
mampu untuk mengangkat kepermukaan nilai-nilainya untuk kemudian diolah, ditata dan dikembangkan
sekaligus dipromosikan keseluruh pelosok dunia.
Terbentuknya
kepulauan Wakatobi dimulai sejak jaman tersier hingga akhir jaman Miosen.
Pembentukan pulau-pulau di kawasan ini akibat adanya proses geologi berupa
sesar geser, sesar naik maupun sesar turun dan lipatan yang tidak dapat
dipisahkan dari bekerjanya gaya tektonik yang berlangsung sejak jaman dulu
hingga sekarang.
Kepulauan
Wakatobi terdiri dari gugusan pulau-pulau utama memliki luas masing-masing
pulau sebagai berikut : Pulau Wangi-wangi
156,5 km2; Pulau Kaledupa 64,8 km2 ; Pulau Tomia 52,4 km2 ; dan.Pulau Binongko
98,7 km2
Berdasarkan
Arysio Santos, dalam bukunya "Atlantis
The Lost Continent Finally Found" dikatakan bahwa benua yang hilang
itu berada di timur jauh dan barat jauh, dan benua yang hilang itu berada di
antara benua Amerika dan Afrika, dan menurut beliau benua itu bukanlah
samudra Atliantik yang kita kenal dalam dunia modern sekarang, melainkan benua
Hindia (Indonensia sekarang), ia berada di antara dua samudra, yaitu pasifik
dan Hindia, kemudian negeri yang bermartabat itu memiliki kesejahteraan yang
tinggi, berbudi mulia, "tanah suci" tanah yang keramatkan,
masyarakatnya sejahtera, tetapi sekarang negeri itu telah lenyap hanya karena
kebobrokan pemimpinnya ketika itu, maka dilanda bencana dasyat dan sampai
sekarang negeri itu abadi di dalam lautan, dan tinggal gunung-gunung tinggi
yang menjulang, dan kini menjadi daratan yang dikenal sekarang sebagai
Indonesia.
Plato (427 " 347 SM) menyatakan bahwa
puluhan ribu tahun lalu terjadi berbagai letusan gunung berapi secara serentak,
menimbulkan gempa, pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian
permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua yang hilang atau
Atlantis.
Prof. Santos melihat itu ada di Indonesia, tetapi kalau kita lihat lebih jauh lagi, maka pertemuan dua samudra itu ternyata ia berada di Wakatobi. Oleh karena itu, Entah sengaja atau tidak sengaja, pemerintah kabupaten Wakatobi menetapkan Visi Wakatobi sebagai "Surga nyata Bawah laut di jantung segi tiga karang dua" merupakan daerah surga yang sejak dulu sudah dikenal dalan berbagai kitab suci agama-agama kuno.
Keindahan
bawah Laut Wakatobi, bukanlah hal yang baru, tetapi dalam berbagai naskah kuno
dunia, dalam berbagai peradaban di dunia menyebutkan bahwa daerah "Surga
itu" merupakan taman-taman yang indah, ditumbuhi bunga-bunga dan segala
keindahannya, dan juga dihuni oleh orang-orang yang "suci"
orang-orang yang berbudaya dan bermartabat. Tentunya ini membutuhkan penelitian
yang lebih jauh lagi, karena negeri Atlantis menurut Prof. Santos Setelah melakukan penelitian selama 30
tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The
Definitifve Localization of Plato"s Lost Civilization adalah negeri
yang bercirikan pantai yang indah yang menghadap ke dua samudra.
Tentunya,
ini adalah sebuah kebetulan atau disengaja, maka untuk mewujudkan Wakatobi
sebagai "negeri Surga nyata bawah laut" diperlukan beberapa
persyaratan yang dikemukakaan oleh Prof. Santos tentang manusia yang mendiami
negeri surga yang kaya raya itu, bahwa orang-orang yang mensucikan dirinya,
melenyapkan nafsunya, terutama untuk kepentingan pribadi dan golongannya,
tetapi orang-orang yang mementingkan kepentingan keadilan dan kesejahteraan
rakyatnya. Mereka itulah yang menghuni daerah “surga” itu. Maka dari itu kita
semua harus memperjuangkan dengan saksama bahwa Wakatobi kedepan surganya bukan
hanya terdapat di laut tapi juga memiliki surga nyata di daratan kepulauannya,
sebagaimana cirri-ciri budaya manusia yang mendiaminya yang telah digambarkan
oleh Prof Santos tersebut diatas, tetapi juga ditunjang oleh keberaneka ragam
struktur fenomenal alamnya baik yang terdapat di darat maupun dalam ruang-ruang
gua-gua alam bawah tanah.
Apa itu Budaya?
Budaya adalah suatu
cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi.Budaya terbentuk dari banyak unsur yang
rumit, termasuk sistem
agama
dan politik,
adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian,
bangunan,
dan karya seni.
Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Sedangkan
Kebudayaan didefinisikan oleh M. Jacobs dan B.J. Stern, adalah mencakup
keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial, ideologi, religi, dan kesenian serta
benda, yang kesemuanya merupakan warisan sosial.
Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Pulau-pulau tukang besi yang terdiri
dari pulau Wangi-Wangi, pulau Kaledupa, pulau Tomia dan pulau Binongko masa
lalu sebelum tahun 1500 masehi adalah merupakan gugusan pulau-pulau yang
memeliki pemerintahan tradisional secara sendiri-sendiri yang tidak pernah diatur
oleh pemerintahan kerajaan Buton. La Ode Bumbu dalam bukunya Sejarah Budaya
Liya (tidak diterbitkan) mengatakan bahwa sejak tahun 538 Masehi sudah terdapat
permukiman di pulau Oroho kepulauan wangi-wangi. Kehidupan masyarakatnya saat
itu telah memiliki nilai-nilai budaya leluhur yang amat dihormati dan yang
diwariskan secara turun temurun. Walaupun belum ada naskah sejarah yang
diwariskan oleh pulau kaledupa, Tomia dan Binongko, namun postulat hampir bisa
dipastikan bahwa kehidupan masyarakat di pulau-pulau tersebut tidak terlalu
jauh beda keberadaannya dengan seperti apa yang terdapat di pulau Oroho, karena
keempat pulau-pulau tersebut merupakan suatu gugusan kepulauan yang tidak bisa
terpisahkan satu dengan lainnya.
Kepulauan
wangi-wangi memiliki struktur keindahan alam yang tak ada bandingnya dengan
daerah-daerah lain di dunia baik yang terdapat di laut maupun di daratannya,
demikian pula nilai-nilai kebudayaannya demikian pulau yang terjadi di
kepulauan Kaledupa, Tomia dan Binongko. Yang baru mendapat resfon dunia adalah
pulau Hoga yang terdapat di Kaledupa.
Pesona bawah laut Wakatobi memang
salah satu yang terbaik di dunia. Letak Wakatobi yang masuk dalam wilayah
Segitiga Karang Dunia membuat tempat ini menjadi surga bagi para penyelam.
Bagaimana tidak, Wakatobi memiliki 750 dari 850 spesies koral, jenis karang
yang beragam serta makhluk laut yang sudah sulit ditemukan di daerah lain.
Demikian
juga budaya Posepa'a, Budaya Honari Mosega dan Makandara Tamburu, Budaya
Safara, Budaya Sampea, Budaya Kabuenga, Budaya Hekansoda’a dan lain sebagainya serta
benda-benda peninggalan leluhur berupa artifak, benteng keraton Liya,
benteng-benteng patua yang terdapat di Kaledupa, Tomia dan Binongko merupakan
akulturasi surga nyata didaratan yang masih diperlukan penataan, pengaturan dan
promosi sehingga suatu saat dapat dikenal sebagai suatu nilai-nilai peninggalan
yang tak ada taranya di berbagai belahan dunia.
Jika kami sebagai Lembaga Kabali Indonesia mendapat
kesempatan dan dipercaya oleh masyarakat Wakatobi untuk mengolah, menata dan
mengatur semua pranata sistem budaya tersebut baik yang terdapat dalam
fenomenal keindahan struktur alam wilayah wakatobi di laut maupun didaratannya yang belum
terjamah selama ini serta keindahan nilai-nilai budaya manusianya yang juga
belum bangkit selama ini ; maka dengan memohon keridhoan Tuhan YME, Insya
Allah Kabali akan mulai bekerja secara berkesinambungan membangkitkannya keseluruh
pelosok dunia mulai tahun 2014 mendatang. ****