Opinion Peblika

Opinion Peblika
Suasana Foto Galian Tanah Tambang C Tanpa Melalui SRKL dan AMDAL di Wakatobi

Kamis, 26 April 2012

RIDWAN,BAE DIPERIKSA JELANG MAGRIB


Oleh : Posted by Admin | Thursday, 26 April 2012   

KENDARINEWS.COM - Kendari, Dugaan korupsi mega proyek di Lagasa, Kabupaten Muna, ikut menyeret   Mantan Bupatinya  Ridwan BAE. Kemarin, Ridwan menghadiri pemanggilan penyidik Tipikor Polda Sultra sebagai saksi proyek penimbunan kawasan kumuh di Kelurahan Lagasa dan Kelurahan Tula.
Jadwal pemeriksaan sesuai agenda pukul 11.00 Wita, namun Ridwan justru muncul sekitar pukul 17.20 menit. Molornya kedatangan ketua DPD Golkar Sultra itu hingga membuat sejumlah wartawan yang sudah nongkrong di Polda sejak pagi harus gigit jari.
   
Menurut Kabid Humas Polda Sultra AKBP Muh Fahrurrozi, pemeriksaan Ridwan berkaitan dengan dugaan korupsi penimbunan kawasan kumuh di Muna. "Ia datang sekitar Jam 5 lewat sore hari kemarin," jelasnya.
   
Pemanggilan Ridwan BAE dianggap penting karena  pengakuan bawahannya, mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Muna, La Muri, menyebut Ridwan  mengetahui dan menyetujui pelaksanaan swakelola proyek penataan kawasan kumuh Lagasa-Tula tahun 2008 silam.
   
Tipikor Polda Sultra telah menetapkan enam tersangka dalam kasus masing-masing berinisial RM, RE, SM, AD, FD, dan LM.
   
Informasi yang dihimpun, indikasi kerugian negara yang timbulkan dalam proyek penimbunan kawasan kumuh di Kelurahan Lagasa dan Kelurahan Tula mencapai Rp 5 miliar. Namun, hasil audit BPKP melalui proses audit investigasi hanya menemukan kerugian negara sebesar Rp 3 miliar. Temuan kerugian negara tersebut telah diekspos oleh BPKP di Mapolda Sultra beberapa waktu lalu.
   
"Informasi dari hasil ekspos audit BPKP memang ada temuan kerugian negara sebesar Rp 3 miliar. Namun, sampai saat ini (kemarin, red) kami belum menerima secara resmi laporan hasil audit BPKP tersebut dalam bentuk tertulis. Jadi, informasinya baru sebatas ekspos kasus atau gelar perkara di Mapolda Sultra," jelasnya.
   
Dalam perkara tersebut, penyidik telah memeriksa saksi sebanyak 25 orang. Tak hanya pihak kontraktor, termasuk pejabat-pejabat Pemda Muna era kepemimpinan Ridwan BAE. Penyidik juga sempat memeriksa anggota DPRD Muna sebagai saksi dalam kasus tersebut.
   
Seperti diketahui, Penyidik Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Polda Sultra ternyata telah lama membidik kasus korupsi di Kabupaten Muna. Salah satunya adalah dugaan korupsi penggunaan dana APBD tahun 2008 pada penimbunan penataan kawasan kumuh di Kelurahan Lagasa dan Kelurahan Tula. Mega Proyek itu didanai Pemprov melalui APBD Sultra Rp 20 miliar.(ano/ aka)

KENDARI POS

http://www.kendarinews.com/news/index.php?option=com_content&task=view&id=26489

Jumat, 20 April 2012

PRASASTI-PRASASTI ADITYAWARMAN DITELITI KEMBALI

Terdapat lebih dari 20 prasasti Adityawarman, yang tersebar di berbagai tempat. Sebagian besar masih berada di Sumatra Barat.

 

candi jago 
 
Namun belum adanya kajian komprehensif yang memuaskan mengangkat prasasti-prasasti Adityawarman membuat Prof. Arlo Griffiths tergerak membaca ulang serta menafsir prasasti itu. "Ada sejumlah edisi (mengenai prasasti) Adityawarman yang pernah diterbitkan oleh Kern, tapi sudah lebih dari seabad lalu," ujar peneliti dari institusi French School of Asian Studies (EFEO) Jakarta tersebut.
Ia pun memaparkan soal penelitiannya "Napak Tilas Adityawarman: Penelitian Epigrafis antara Jawa Timur-Sumatra Barat" yang tengah dilakukan selama empat tahun terakhir, pada diskusi di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Kamis (19/4) siang. Ahli epigrafi Dr. Ninie Susanti, ahli epigrafi di Departemen Arkeologi FIPB UI turut hadir sebagai moderator diskusi ini.
Terdapat lebih dari 20 prasasti Adityawarman, yang tersebar di berbagai tempat. Seperti dijelaskan oleh Prof. Arlo, sebagian besar masih berada di lokasi asli yakni di berbagai wilayah di Sumatra Barat terutama Kabupaten Tanah Datar. Ada yang sudah dibawa ke Museum Nasional Jakarta dan beberapa di luar negeri.
Meski penelitian ini belum tuntas, kesimpulan yang sudah didapatkan sejauh ini menunjukkan beberapa prasasti tidak relevan bila dibandingan dengan rekonstruksi silsilah yang telah ada dalam sejumlah sumber rujukan.
Dalam referensi Sejarah Nasional Indonesia atau SNI edisi 2008 misalnya, disebutkan beberapa hal mengenai Adityawarman: ia merupakan putra Majapahit keturunan Malayu, penerus Kerajaan Malayu, serta memeluk agama Budha beraliran Kalacakra.
Salah satu prasasti yang dibaca untuk menyimpulkannya adalah prasasti yang terpahat pada arca Manjusri berangka tahun 1341, di Candi Jago. Dikatakan di dalam prasasti, bahwa Adityawarman bersama-sama Gajah Mada telah menaklukkan Pulau Bali.
"Asumsi dasar adalah, Adityawarman meneruskan Kerajaan Malayu Kuno. Namun, sejauh ini penelitian saya belum menemukan bukti dengan Kerajaan Malayu. Di prasasti di Candi Jago, ternyata tidak ada pula menyebut mengenai Gajah Mada atau Bali sama sekali," ujar Prof. Arlo.
Begitu pun dengan tentang kejelasan apakah Adityawarman ialah keturunan Jawa atau Sumatra. Serta kaitan ke Kerajaan Majapahit, masih belum terbukti sampai saat ini.
Menurut Prof. Arlo, fantasi membuat metode dan objektivikasi ilmiah dalam interpretasi terabaikan. "Saya kira juga untuk pembacaan (tafsir) yang tidak tepat di prasasti Candi Jago disebabkan faktor ketidaksengajaan, karena menghilangkan satu-dua baris kalimat," katanya lagi.
Dr. Ninie sependapat menambahkan, "Kita memang harus berhati-hati terhadap data epigrafi ataupun sejarah kuno. Hal ini membuat penelitian ulang di arkeologi pun selalu terbuka dan dapat dilakukan."
Penelitian ini sekaligus juga kerja sama antara EFEO dengan Puslit Arkeologi Nasional (Arkenas) sehubungan mendaftar seluruh prasasti di Indonesia dan maritim Asia Tenggara.
(Gloria Samantha)

http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/04/prasasti-prasasti-adityawarman-diteliti-kembali

MISI HARI PUSAKA 2012 : PERANAN KOMUNITAS DALAM PELESTARIAN

Peringatan 40 tahun Konvensi Pusaka Dunia 2012 mengangkat tema “Pusaka Dunia dan Pembangunan Berkelanjutan: Peran Masyarakat Setempat”.

borobudur,indonesia 
 
Konferensi UNESCO pada November 1983 telah merekomendasikan agar setiap negara anggota UNESCO mendeklarasikan setiap tanggal 18 April sebagai Hari Monumen dan Situs Dunia atau Hari Pusaka Dunia.
Dalam Hari Pusaka Dunia 2012, Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) bekerja sama Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan Umum, Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, ICOMOS Indonesia, serta organisasi pelestarian lainnya menyelenggarakan perayaan di kawasan Borobudur di Magelang, Jawa Tengah pada 18-19 April 2012.
"Bagaimana pun, pengelolaan Situs Pusaka Dunia yang lebih diberdayakan dapat menambah semangat warga setempat untuk meneruskan keberlanjutan. Melalui pendekatan pengelolaan yang inklusif, dari bawah ke atas dan berfokus pada manusianya," demikian tertulis dalam pernyataan pers Hari Pusaka Dunia 2012 yang diterima, Selasa (17/4).
Acara akan terdiri dari ruwatan multikultur, sarasehan, jelajah pusaka, pertunjukan kesenian, dan semua aktivitas untuk memuliakan kekayaan pusaka Indonesia; baik pusaka alam maupun budaya. Perayaan ini juga akan disiarkan online melalui video conference bersama penggiat pelestarian dari University of Ahmedabad, India.
Selain itu, sebuah buku berjudul Jantung Hati Borobudur yang disunting oleh Eka Budianta akan diluncurkan dalam acara ini. Tujuan dari buku adalah memberikan apresiasi bagi kontribusi masyarakat yang luar biasa dalam pelestarian Borobudur, sebagai pusaka dunia yang membanggakan.
BPPI dibentuk oleh anggota Jaringan Pelestarian Pusaka Indonesia (JPPI) terdiri dari perwakilan organisasi pelestarian lokal dan kalangan akademisi, praktisi dan penggiat pelestarian. Visinya untuk mengawal kelestarian pusaka Indonesia, ditujukan untuk mendokumentasikan jejak sejarah peradaban masyarakat Indonesia sebagai bangsa yang memiliki kebudayaan.
(Gloria Samantha)

http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/04/misi-hari-pusaka-2012-peranan-komunitas-dalam-pelestarian

PERINGATAN HARI WARISAN BUDAYA DUNIA

OLEH : RICO HASYIM

Hari Warisan Budaya Dunia pada 18 April ini menjadi momentum pas untuk merefleksikan pelestarian warisan budaya di Indonesia

budaya,indonesia,tari  
 
Hari ini, 18 April 2012, dunia merayakan World Heritage Day atau Hari Warisan Budaya Dunia. Pada tahun ini, Hari Warisan Budaya Dunia mengambil tema World Heritage and Sustanaible Development: The Roleof Local Communities.
Koordinator Masyarakat Advokasi Warisan Budaya Madya Jhohannes Marbun mengatakan, hari warisan budaya adalah momentum yang pas untuk melakukan refleksi atas pelestarian warisan budaya di Indonesia. Pelestarian tak hanya menyangkut warisan budaya fisik melainkan juga non fisik, atau berkaitan dengan nilai-nilai yang diwariskan.
Namun, pelestarian warisan budaya belum maksimal dilakukan. Karena seringkali kepentingan bisnis lebih diprioritaskan ketimbang pelestarian budaya. Kepentingan bisnis ini menyangkut pengambilalihan warisan budaya untuk lahan bisnis, seperti cafe, atau rumah makan.
"Seringkali yang terjadi adalah pembangunan bisnis yang tidak berorientasi pada perspektif kebudayaan. Pembangunan warisan budaya untuk bisnis harus tetap diselaraskan dengan pelestarian warisan budaya," kata Jhohannes di peringatan Hari Warisan Budaya Dunia 2012 di Yogyakarta, Rabu (18/4).
Ia berharap pihak pemerintah dapat menyelaraskan kebijakan pembangunan ekonomi dengan nilai-nilai budaya. Termasuk kesejahteraan yang hidup dan berkembang di masyarakat.
Selain itu, Jhohannes juga menekankan pemberdayaan peran masyarakat lokal dalam isu pelestarian warisan budaya. Masyarakat perlu memahami pentingnya pelestarian warisan budaya agar turut menjaga dan tidak melakukan perusakan. "Keberadaan UU Cagar Budaya pun belum dipahami oleh masyarakat bahkan dalam lingkup pembuat dan pelaksana kebijakan," tambahnya.
Lewat Hari Warisan Budaya Dunia ini, pemerintah beserta seluruh elemen masyarat, swasta, dan pihak yang berkepentingan paham tentang arti penting warisan budaya. Warisan budaya merupakan warisan yang tak ternilai harganya yang mengandung nilai budaya dan menggambarkan perkembangan peradaban suatu bangsa.
(Olivia Lewi Pramesti)

http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/04/peringatan-hari-warisan-budaya-dunia

Kamis, 19 April 2012

MENILAI PELAJARAN SEJARAH DARI PERISTIWA ARUNG PALAKKA

OLEH : SULUNG PRASETYO


top_r2_c121.gif
BUTON – Mungkin tak banyak yang tahu kalau Pulau Buton (kadang disebut Butung), pernah menjadi tempat pelarian Arung Palakka dari kejaran pasukan Sultan Hasanudin. Pelajaran sejarah yang pernah singgah tatkala kecil dulu paling hanya menjabarkan kalau si pangeran berambut panjang ini hanyalah seorang pengkhianat.
Ia berlari mencari bantuan VOC dan melawan pahlawan Indonesia. Tapi apakah kita tahu bahwa ternyata buat sebagian orang—khususnya orang Bone dan Buton—Arung Palaka bukanlah sosok jahat, yang seperti didiskreditkan sekarang ini.
Alkisah, sekitar tahun 1660, Bone dan Gowa bertikai. Arung Palakka sebagai salah seorang pemimpin Bone tidak bisa menerima perlakuan para bangsawan Gowa yang menindas rakyatnya. Perlakuan kerja paksa untuk membangun benteng di perkubuan daerah Makassar jelas membuat rasa siri (harga diri)-nya tercabik-cabik, apalagi setelah para bangsawan Bone juga dipaksa ikut kerja paksa tersebut.
Akhirnya bersama Tobala, pemimpin Bone yang ditunjuk oleh Gowa, mereka melakukan perlawanan dengan melarikan orang-orang Bugis dari kerja paksa tersebut. Sebenarnya para prajurit Gowa hanya mencari Tobala karena dianggap tidak mampu mengawasi budak dari Bone tersebut.
Namun Arung Palakka yang merasa tidak memiliki tempat lagi di bumi yang disebut Belanda Celebes memutuskan pergi saja untuk mencari orang yang dapat menolong mengembalikan siri mereka. Dan sebelum ia pergi ke Pulau Jawa, terlebih dahulu ia berlari ke Buton untuk mencari perlindungan Raja Buton X yang waktu itu bernama La Sombata atau lebih dikenal bergelar Sultan Aidul Rahiem.
Pada saat pasukan Gowa mencari Arung Palakka hingga ke Buton. Sultan Buton bersumpah bahwa mereka tidak menyembunyikan Arung Palakka di atas pulau mereka.
”Apabila kami berbohong, kami rela pulau ini ditutupi oleh air,” ucap Sultan Buton yang diucapkan kembali oleh salah seorang penerusnya. Ternyata sumpah tersebut dianggap sah karena pada kenyataannya Pulau Buton memang tidak pernah tenggelam hingga saat ini. Lalu di mana letak kebenaran sejarah yang menyatakan bahwa benar lokasi yang sekarang dijadikan sebagai salah satu objek wisata sejarah disana, merupakan tempat Arung Palakka bersembunyi?
Ceruk
Sistem batuan di daerah Buton bisa jadi merupakan salah satu alasan yang jelas mengenai hal ini. Daerah batuan berkarang dengan ceruk-ceruk kecil di sepanjang bukitnya, sangat menggambarkan kebenaran sejarah tersebut.
Pernyataan Sultan Buton pada saat menyembunyikan Arung Palakka dianggap benar. Mereka tidak menyembunyikan Arung Palakka di atas dataran tanah mereka. Namun di antara ceruk-ceruk tersebut. Yang menurut pendapat orang Buton bukanlah sebuah dataran, melainkan goa, yang berada di dalam tanah. Kepintaran bersilat lidah Sultan Buton inilah yang akhirnya menyelamatkan Arung Palakka dari pengejaran pasukan Gowa.
Hal ini juga dibenarkan oleh pemuka adat setempat yang bernama La Ode Hafi’i. Ia menjelaskan bahwa antara kesultanan Buton dan Bone sejak dahulu memang telah terikat dalam perjanjian sebagai saudara. ”Bone raja di darat, Buton raja di laut,” ucapnya memberitahu isi ikatan tersebut pada saya, akhir bulan lalu.
Hal itu juga yang mendasari mengapa Sultan Buton memutuskan menolong Arung Palakka dan turut membiayai Arung Palakka bersama 400 lebih pengikutnya menuju Batavia.
Ceruk bersejarah tersebut kini berada di sekitar tiga kilometer dari pusat Kota Bau-Bau. Tak sulit mencarinya karena berada tak jauh dari benteng Wolio, yang terletak di daerah paling tinggi di Pulau Buton.
Menuju ke ceruk tersebut juga tidak sulit. Hanya daerahnya yang agak terjal membuat kita harus agak berhati-hati melewatinya.
Saat saya akhirnya tiba di goa tersebut. Hilang semua pemikiran saya mengenai gambar sebuah goa pada umumnya di Jawa. Tempat persembunyian Arung Palakka tersebut lebih pantas bila dikatakan ceruk dengan air yang terus menetes-netes dari atapnya.
Kemudian ada sedikit daerah yang kini diberi plesteran semen, yang disinyalir sebagai tempat Arung Palakka duduk bersembunyi. Tak bisa kita berdiri tegak di sini, agak bungkuk untuk menghindari bagian tajam yang menghiasi atas ceruk. Namun dapat dipastikan, banyaknya air yang terus menetes dari atas ceruk yang bisa membuat Aru Palakka bisa bertahan lama di sana.
Rumah Adat
Hal keberadaan singgahnya Aru Palakka kemudian dikuatkan juga oleh pernyataan ahli waris kesultanan Buton. Keluarga istana yang rumah tinggalnya kini dijadikan rumah adat. Yang bisa didatangi siapa saja untuk menjelaskan keberadaan rakyat Buton, juga tidak menyangkal hal tersebut. Di rumah adat berkamar enam dan berlantai dua itu, juga terpampang foto dan patung Arung Palakka. Ini menandakan memang benar keberpihakan kesultanan Buton pada Arung Palakka. Bahkan mereka tidak merasa itu sebuah kesalahan, karena memang perjanjian adat yang ada sudah mengikat mereka dengan Bone.
Terlepas dari benar tidaknya sejarah tersebut. Satu yang harus dicatat, adalah mengenai tingginya perhatian masyarakat Buton terhadap masa lalunya. Bahkan dengan Arung Palakka yang relatif orang luar Buton (dan dianggap pengkhianat pada masa Orde Baru), mereka tetap mengenang keberadaannya di sana.
Lalu timbul pertanyaan, masih tersisakah rasa penghormatan itu pada diri manusia Indonesia pada umumnya kini? Pahlawan sendiri kadang kita lupakan juga.
(str-sulung prasetyo)

SUMBER

 http://angingmammiri.org/kampung-penenun-sutera-sengkang/

KISAH SEORANG POLISI YANG MENILANG KENDARAAN SRI SULTAN HAMENGKUBOWONO IX.

 

 

 
OLEH : AGUNG MUH ISKANDAR
 
Kota batik Pekalongan di pertengahan tahun 1960an menyambut fajar dengan kabut tipis , pukul setengah enam pagi polisi muda Royadin yang belum genap seminggu mendapatkan kenaikan pangkat dari agen polisi kepala menjadi brigadir polisi sudah berdiri di tepi posnya di kawasan Soko dengan gagahnya. tiba2 dari arah selatan dan membelok ke barat sebuah sedan hitam ber plat AB melaju dari arah yang berlawanan dengan arus becak dan delman . Brigadir Royadin memandang dari kejauhan ,sementara sedan hitam itu melaju perlahan menuju kearahnya. Dengan sigap ia menyeberang jalan ditepi posnya, ayunan tangan kedepan dengan posisi membentuk sudut Sembilan puluh derajat menghentikan laju sedan hitam itu. Sebuah sedan tahun lima puluhan yang amat jarang berlalu di jalanan pekalongan berhenti dihadapannya.
Saat mobil menepi , brigadir Royadin menghampiri sisi kanan pengemudi dan memberi hormat.

“Selamat pagi!” Brigadir Royadin memberi hormat dengan sikap sempurna . “Boleh ditunjukan SIM dan STNKnya" perlahan pengendara mobil menurunkan kaca samping secara penuh.

“Ada apa pak polisi ?” Tanya pria itu. Brigadir POLISI ini kaget dan gemetaran karena ia mengenali pengendara mobil sedan itu. Nmun sdh kepalang tanggung ia berusaha menunjukan posisinya sebagai seorang POLISI dgn sikap sempurna.

“Bapak melangar verbodden , tidak boleh lewat sini, ini satu arah !” sambil memandangi pria itu yang tak lain adalah Sultan Jogja, Sri Sultan Hamengkubuwono IX. dan spontan Sri Sultra turun dri kendaraannya dan menghampiri sang POLISI sambil berucap "Ya saya salah, kamu benar, jadi gimana?", dgn gugup sang POLISI menjawab ..bapak saya tilang , mohon maaf!” lalu Sri sultan berkata baik brigadir, tolong di buatkan surat tilang sesuai prosedur saya akan patuhi.
Dengan tangan gemetar membuatkan surat tilang, ingin rasanya tidak memberikan surat itu tapi tidak tahu kenapa ia sebagai polisi tidak boleh memandang beda pelanggar kesalahan yang terjadi di depan hidungnya. Yang paling membuatnya sedikit tenang adalah tidak sepatah katapun yang keluar dari mulut Sri sultan untuk menggunakan kekuasaannya agar tdk di tilang.

setelah surat tilangnya di buat, Sri sultan kembali memacu kendaraannya, sementara sang brigadir POLISI mulai kebingungan mau di bawa kemana SIM dan STNK sangka Sultan ini. dan sore hari brigadir kembali ke maskas dan menyerahkan SIM & STNK Sri Sultan kepada petugas jaga untuk diproses hukum lebih lanjut.

Saat apel pagi esok harinya , suara amarah meledak di markas polisi pekalongan , nama Royadin diteriakkan berkali kali dari ruang komisaris. Beberapa polisi tergopoh gopoh menghampirinya dan memintanya menghadap komisaris polisi selaku kepala kantor.

“Royadin , apa yang kamu lakukan ..sa’enake dewe ..ora mikir ..iki sing mbok tangkep sopo heh..ngawur..ngawur!” Komisaris mengumpat dalam bahasa jawa , ditangannya ada SIM & STNK milik Sri Sultan.

“ Sekarang aku mau Tanya , kenapa kamu tidak lepas saja sinuwun (Sri Sultan) ..biarkan lewat, wong kamu tahu siapa dia , ngerti nggak kowe sopo sinuwun?” Komisaris tak menurunkan nada bicaranya.

“ Siap pak , beliau tidak bilang beliau itu siapa , beliau ngaku salah ..dan memang salah!” brigadir Royadin menjawab tegas.

“Ya tapi kan kamu mestinya ngerti siapa dia ..ojo kaku kaku , kok malah mbok tilang..ngawur ..jan ngawur….Ini bisa panjang , bisa sampai Menteri !” Derai komisaris. Saat itu kepala polisi dijabat oleh Menteri Kepolisian Negara.

Brigadir Royadin pasrah , apapun yang dia lakukan dasarnya adalah posisinya sebagai polisi , yang disumpah untuk menegakkan peraturan pada siapa saja ..memang Koppeg(keras kepala) kedengarannya.

Kepala polisi pekalongan berusaha mencari tahu dimana gerangan sinuwun , masih di Tegalkah atau tempat lain? Tujuannya cuma satu , mengembalikan rebuwes. Namun tidak seperti saat ini yang demikian mudahnya bertukar kabar , keberadaa sinuwun tak kunjung diketahui hingga beberapa hari. Pada akhirnya kepala polisi pekalongan mengutus beberapa petugas ke Jogja untuk mengembalikan rebuwes tanpa mengikut sertakan Brigadir Royadin.

Usai mendapat marah , Brigadir Royadin bertugas seperti biasa , satu minggu setelah kejadian penilangan, banyak teman temannya yang mentertawakan bahkan ada isu yang ia dengar dirinya akan dimutasi ke pinggiran kota pekalongan selatan.

Suatu sore , saat belum habis jam dinas , seorang kurir datang menghampirinya di persimpangan soko yang memintanya untuk segera kembali ke kantor. Sesampai di kantor beberapa polisi menggiringnya keruang komisaris yang saat itu tengah menggengam selembar surat.

“Royadin….minggu depan kamu diminta pindah !” lemas tubuh Royadin , ia membayangkan harus menempuh jalan menanjak dipinggir kota pekalongan setiap hari , karena mutasi ini, karena ketegasan sikapnya dipersimpangan soko .

“ Siap pak !” Royadin menjawab datar.

“Bersama keluargamu semua, dibawa!” pernyataan komisaris mengejutkan , untuk apa bawa keluarga ketepi pekalongan selatan , ini hanya merepotkan diri saja.

“Saya sanggup setiap hari pakai sepeda pak komandan, semua keluarga biar tetap di rumah sekarang !” Brigadir Royadin menawar.

“Ngawur…Kamu sanggup bersepeda pekalongan – Jogja ? pindahmu itu ke jogja bukan disini, sinuwun yang minta kamu pindah tugas kesana , pangkatmu mau dinaikkan satu tingkat.!” Cetus pak komisaris , disodorkan surat yang ada digengamannya kepada brigadir Royadin.

Surat itu berisi permintaan bertuliskan tangan yang intinya : “ Mohon dipindahkan brigadir Royadin ke Jogja , sebagai polisi yang tegas saya selaku pemimpin Jogjakarta akan menempatkannya di wilayah Jogjakarta bersama keluarganya dengan meminta kepolisian untuk menaikkan pangkatnya satu tingkat.” Ditanda tangani sri sultan hamengkubuwono IX.

Tangan brigadir Royadin bergetar , namun ia segera menemukan jawabannya. Ia tak sangup menolak permntaan orang besar seperti sultan HB IX namun dia juga harus mempertimbangkan seluruh hidupnya di kota pekalongan .Ia cinta pekalongan dan tak ingin meninggalkan kota ini .

“ Mohon bapak sampaikan ke sinuwun , saya berterima kasih, saya tidak bisa pindah dari pekalongan , ini tanah kelahiran saya , rumah saya . Sampaikan hormat saya pada beliau ,dan sampaikan permintaan maaf saya pada beliau atas kelancangan saya !” Brigadir Royadin bergetar , ia tak memahami betapa luasnya hati sinuwun Sultan HB IX , Amarah hanya diperolehnya dari sang komisaris namun penghargaan tinggi justru datang dari orang yang menjadi korban ketegasannya.

July 2010 , saat saya mendengar kepergian purnawirawan polisi Royadin kepada sang khalik dari keluarga dipekalongan , saya tak memilki waktu cukup untuk menghantar kepergiannya . Suaranya yang lirih saat mendekati akhir hayat masih saja mengiangkan cerita kebanggaannya ini pada semua sanak family yang berkumpul. Ia pergi meninggalkan kesederhanaan perilaku dan prinsip kepada keturunannya , sekaligus kepada saya selaku keponakannya. Idealismenya di kepolisian Pekalongan tetap ia jaga sampai akhir masa baktinya , pangkatnya tak banyak bergeser terbelenggu idealisme yang selalu dipegangnya erat erat yaitu ketegasan dan kejujuran .

Hormat amat sangat kepadamu Pak Royadin, Sang Polisi sejati . Dan juga kepada pahlawan bangsa Sultan Hamengkubuwono IX yang keluasan hatinya melebihi wilayah negeri ini dari sabang sampai merauke.
SUMBER :
http://www.facebook.com/groups/sultrawatch/permalink/417657358262919/

Jumat, 13 April 2012

CEMBURU LIHAT ISTRI BERMESRAAN, SUAMI TIKAM ISTRI HINGGA USUS TERBURAI


OLEH : TOTOM WAKATOBI

Wangi-Wangi (BERITA WAKATOBI): Tersangka penikaman RS (27) Warga Desa Mola Selatan Kecamatan Wangi-Wangi Selatan terpaksa menghabisi nyawa korban RM (20) istri tercintanya Rabu (11/4) malam. Menurut pengakuan RS yang ditemui di ruang pemeriksaan Polres Wakatobi, hal itu terpaksa dilakukannya karena tidak tahan melihat istrinya bermesraan dengan seorang lelaki yang bekerja di salah satu koperasi di Wangi-Wangi.

“Tadi malam saya lihat langsung istri kubersandar dibahu lelaki itu. Dia itu kerja di koperasi, yang ditugaskan untuk menagih di Desa Mola,” ujar RS saat ditanya di ruangan penyidik Polres Wakatobi.

Pengakuan RS lainya, bahwa ia selama ini telah menahan rasa sakit hati cukup lama. Dan hubungan keluarganyapun terjadi masalah, karena orang tua istrinya sebagai korban itu mendukung tindakan istrinya melakukan perselingkuhan dengan lelaki itu. Hingga dirinya hampir setahun tidak serumah dhengan istrinya.

Kemudian perlakuan mertuanya, terhadapnya sangat meresahkannya. Walaupun ia mau bawa istrinya tinggal di tempat lain agar tak serumah dengan mertuanya. Tapi ia dilarang dan bahkan dia dipukuli mertuanya. Bahkan perna mertuanya mengatakan, agar jangan mengganggu anaknya lagi, dan mengatakan lebih baik dia setubui ibu kandungnya dari pada anaknya isrinya disetubuhinya.


Sesuai dengan keterangan yang dihimpun Polres Wakatobi, RM ditikam tepat di perut bagian kiri, dengan satu luka tusukan. Tusukan sebilah pisau itu membuat terburai isi perut korban, hingga korban tidak bisa diselamatkan. Demikian disampaikan Kapolres Wakatobi, AKBP Hotlan Damanik, SH.MH melalui Kasat Reskrim Polres wakatobi AKP Ahali, SH, MH saat ditemui diruang kerjanya Kamis (12/4).

Kata dia, setelah kejadian naas itu selesai pihak keluarga korban sempat melakukan upaya pertolongan medis. Lalu korban dilarikan ke RSUD Wakatobi untuk mendapatkan pertolongan. Namun karena terjadi pendarahan hebat, karena luka yang diderita korban akhirnya sebelum tiba di RSUD Wakatobi, korban telah meninggal dunia dalam perjalanan.

“Sesuai dengan laporan kami terima, antara suami dengan istri ini, memang sering sekali cekcok. Suami tuduh istrinya selingkuh dengan lelaki lain. Mengenai kronologis kejadian penikaman yang terjadi tadi malam, sesuai dengan keterangan yang kami dapatkan awalnya istri tersangka sedang duduk-duduk depan rumahnya. Lalu suami korban datang dan terjadilah adu mulut. Sehingga suaminya langsung mencabut pisau, lalu menikam perut istrinya,” ujarnya.

Terkait sebab akibat terbunuhnya istri tersangka, yang melibatkan SF yang saat itu mempertontonkan bermesraan dengan istri tersangka. Sehingga Kasat Reskrim, memerintahkan anggota polisi bawahannya, agar melakukan penangkapan terhadap SF untuk selanjutnya diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Lanjut Kasat Reskrin saat itu, karena merasa sudah tertikam, korban sempat berdiri lalu lari mencari bapaknya untuk meminta tolong karena dia telah terluka. Karena kondisi tubuh tidak memungkinkan korban terjatuh. Setelah datang bapak korban, tersangka sempat berkelahi dengan papak korban. Tersangka sempat terpental ke dalam laut, Setelah itu tersangka melarikan diri.

Meskipun tersangka melarikan diri, pada malam itu juga sekitar Pukul 02.00 Wita Polisi dan masyarakat sekitar Desa Mola dapat menemukannya. Korban ditemukan disalah satu rumah kosong di dekat Bajo Resort yakni masih dalam kawasan Desa Mola Raya. Saat didapatkan, keluarga korban sempat melakukan pemukulan. Namun polisi berhasil melerai, hingga korban dan barang bukti (BB) berupa pisau berhasil diamankan, tersangka dibawakan ke Polres Wakatobi dan saat mendekam di ruang tahanan Polres Wakatobi untuk mempertanggungjawabkan dihadapan hukum.

Menurut Kasat Reskrim, tersangka diancam hukuman penjara seumur hidup sekurang-kurang 15 tahun penjara, sesuai dengan tindakan pidana pada pasal 340 atau 338.(tom)