Opinion Peblika

Opinion Peblika
Suasana Foto Galian Tanah Tambang C Tanpa Melalui SRKL dan AMDAL di Wakatobi

Jumat, 26 Maret 2010

PERJUANGAN MELAWAN IRIAN BARAT

Oleh : OVANKUSUMAHATI



Untuk mengembalikan Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi Perjuangan Diplomasi pada tanggal 17 mei 1949 Indonesia dan Belanda mengadakan perundingan di Jakarta, yang kemudian di kenal dengan Persetujuan Roem Royen. Dalam persetujuan ini dicapai kata sepakat untuk mengadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) yang pelaksanaannya tanggal 23 Agustus-2 November 1949 di Den Haag, Belanda. Hasil utama KMB adalah pengakuan Kedaulatan Repulik Indonesia Serikat dan mengenai status Irian Barat ditunda selama setahun setelah KMB. Tidak hanya perjuangan secara diplomasi yang di lakukan Indonesia namun juga dengan melakukan konfrontasi ekonomi namun itu tetap tidak berhasil. Ahirnya mungkin karena sudah jengkel presiden sukarno mengeluarkan suatu komando yang di kenal dengan Tri Komando Rakyat (TRIKORA) yang isinya sebagai berikut. TRI KOMANDO Kami Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Repulik Indonesia, dalam rangka politi konfrntasi dengan pihak Belanda untuk membebaskan Irian Barat telah memberikan intruksi kepada Angkatan Bersenjata untuk pada setiap waktu yang kami akan tetapkan menjalankan tugs kewajiban membebaskan Irian Barat Tanah Air Indonesia dari belenggu kolonialisme Belanda. Dan, kini oleh karena Belanda masih tetap mau melanjutkan kolonialisme di tanah air kita Irian Barat, dengan memecah belah Bangsa dan Tanah Air Indonesia, maka kami perintahkan kepada rakyat Indonesia, juga yang berada di Irian Barat, untuk melaksanakan Tri Komando sebagai berikut. 1. Gagalkan pembentukan Negara boneka Papua Belanda Kolonial. 2. Kibarkanlah Sang Merah Putih di Irian Barat Tnah Air Indonesia. 3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air dan Bangsa. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati perjuangan kemerdekaan Indonesia Yogyakarta, 19 Desember 1961 Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia/ Pimpinan Besar Revolusi Indonesia/Panglima Besar Komado Tertinggi Pembebasan Irian Barat SOEKARNO Sebagai langkah awal pelaksanaan Trikora dibentuk suatu komando operasi yang diberi nama Komando Mandala Pembebasan Irian Barat. Komando ini dibentuk pada tanggal 2 Januari 1962, dengan tugas sebagai berikut. a. Merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi-operasi militer, dengan tujuan mengembalikan Wilayah Propinsi Irian Barat ke dalam kekuasaan Negara Republik Indonesia. b. Mengembangkan situasi militer di wilayah propinsi Irian Barat. Panglima Komando Mandala Pembbasan Irian Barat dijabat oleh Brigadir Jendral Soeharto yang kemudian dinaikkan pangkatnya menjadi Mayor Jendral. Kolonel (Laut) Soebondo sebagai Wakil Panglima I, Kolonel (Udara) Leo Wattimena sebagai Wakil Panglima II, serta Kolonel Achmad Tahir sebagai Kepala Staf Gabungan. Komando Mandala melakukan operasi-operasi pembebasan Irian Barat dalam tiga fase, yaitu sebagai berikut. 1. Fase Infiltrasi (sampai akhir tahun 1962) Dengan memasukkan 10 kompi militer ke sasaran-sasaran tertentu untuk menciptakan daerah bebas de facto. Kesatuan-kesatuan itu harus mengembangkan penguasaan wilayah dengan membawa serta rakyat Irian Barat dalm pejuangan dalam membebaskan perjuangan membebaskan wilayah tersebut. 2. Fase Eksploitasi/Serangan Terbuka (mulai awal 1963) Denagn mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan, dan menduduki semua pos peertahanan musuh yang penting. 3. Fase Konsilidasi/Menegakkan Kekuasan (awal tahun 1964) Denagan menegakkan kekuasaan repulik Indonesia secara mutlak di seluruh Irian Barat Serangkaian aopersi pendaratan, baik melalui laut maupun udara dilaksanakan oleh Komando Mandala antara bualn Maret sampai bulan Agustus 1962 yang berahsil dengan baik. Opersi-operasi itu antara lain, Operasi Banteng, Operasi Srigala , Operasi Naga, Operasi Jatayu. Operasi-operasi tersebut kemudian disusul dengan serangan terbuka sebagai opeerasi penetuan yang disebut Operasi Jayawijaya. Selain operasi-operasi infiltrasi militer yang berhasil dengan baik, satu peristiwa heroic yang terjadi dalam usah pembebasan Irian Barat adalah terjadinya pertempuran di Laut Aru pada tanggal 15 Januari 1962. Pertempuran Laut yang sebenarnya tidak seimbang terjadi antara tiga perahu bermotor torpedo Motor Torpedo Boat (MTB) Angkatan Laut RI dipimpin oleh Laksamana (Komodor) Yos Soedarso melawan kapal perusak dan Fregat Belanda yang didukung oleh pesawat jenis Neptue. Pertempuran berakhir dengan tenggelamnya MTB Macan Tutul, sehingga gugurlah Komodor Yos Soedarso dan Kapten Wiratno, sedngkan dua MTB lainnya, yaitu MTB Harimau dan MTB Macan Kumbang yang masing-masing ditumpangi oleh Kolonel Soedomo dan Kolonel Moersid, berhasil meloloskan diri. 
Untuk mengembalikan Irian Barat ke pankuan Ibu Pertiwi Perjuangan Dipomasi Pada tanggal 17 mei 1949 Indonesia dan Belanda mengadakan perundingan di Jakarta, yang kemudian di kenal dengan Persetujuan Roem Royen. Dalam persetujuan ini di capai kata sepakat untuk mengadakan Konferensi Meja Bundar KMB yang pelaksanaannya tanggal 23 Agustus-2 November 1949 di Den hag, Belanda. Hasil utama KMB adalah pengakuan Kedaulatan Repulik Indonesia Serikat dan mengenai status Irian Barat ditunda selama setahun setelah KMB. Tidak hanya perjuangan secaradiplomasi yang di lakukan Indonesia namun juga dengan melakukan konfrontasi ekonomi namun itu tetap tidak berhasil. Ahirnya mungkin karena sudah jengkel presiden sukarno mengeluarkan suatu komando yang di kenal dengan Tri Komando Rakyat (TRIKORA) yang isinya sebagai berikut. TRI KOMANDO Kami Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Repulik Indonesia, dalam rangka politi konfrntasi dengan pihak Belanda untuk membebaskan Irian Barat telah memberikan intruksi kepada Angkatan Bersenjata untuk pada setiap waktu yang kami akan tetapkan menjalankan tugs kewajiban membebaskan Irian Barat Tanah Air Indonesia dari belenggu kolonialisme Belanda. Dan, kini oleh karena Belanda masih tetap mau melanjutkan kolonialisme di tanah air kita Irian Barat, dengan memecah belah Bangsa dan Tanah Air Indonesia, maka kami perintahkan kepada rakyat Indonesia, juga yang berada di Irian Barat, untuk melaksanakan Tri Komando sebagai berikut. 1. Gagalkan pembentukan Negara boneka Papua Belanda Kolonial. 2. Kibarkanlah Sang Merah Putih di Irian Barat Tnah Air Indonesia. 3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air dan Bangsa. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati perjuangan kemerdekaan Indonesia Yogyakarta, 19 Desember 1961 Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia/ Pimpinan Besar Revolusi Indonesia/Panglima Besar Komado Tertinggi Pembebasan Irian Barat SOEKARNO Sebagai langkah awal pelaksanaan Trikora dibentuk suatu komando operasi yang diberi nama Komando Mandala Pembebasan Irian Barat. Komando ini dibentuk pada tanggal 2 Januari 1962, dengan tugas sebagai berikut. a. Merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi-operasi militer, dengan tujuan mengembalikan Wilayah Propinsi Irian Barat ke dalam kekuasaan Negara Republik Indonesia. b. Mengembangkan situasi militer di wilayah propinsi Irian Barat. Panglima Komando Mandala Pembbasan Irian Barat dijabat oleh Brigadir Jendral Soeharto yang kemudian dinaikkan pangkatnya menjadi Mayor Jendral. Kolonel (Laut) Soebondo sebagai Wakil Panglima I, Kolonel (Udara) Leo Wattimena sebagai Wakil Panglima II, serta KOlonel Achmad Tahir sebagai Kepala Staf Gabungan. Komando mandala melakukan operasi-operasi pembebasan Irian Barat dalam tiga fase, yaitu sebagai berikut. 1. Fase Infiltrasi (sampai akhir tahun 1962) Dengan memasukkan 10 kompi militer ke sasaran-sasaran tertentu untuk menciptakan daerah bebas de facto. Kesatuan-kesatuan itu harus mengembangkan penguasaan wilayah dengan membawa serta rakyat Irian Barat dalm pejuangan dalam membebaskan perjuangan membebaskan wilayah tersebut. 2. Fase Eksploitasi/Serangan Terbuka (mulai awal 1963) Denagn mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan, dan menduduki semua pos peertahanan musuh yang penting. 3. Fase Konsilidasi/Menegakkan Kekuasan (awal tahun 1964) Denagan menegakkan kekuasaan repulik Indonesia secara mutlak di seluruh Irian Barat Serangkaian aopersi pendaratan, baik melalui laut maupun udara dilaksanakan oleh Komando Mandala antara bualn Maret sampai bulan Agustus 1962 yang berahsil dengan baik. Opersi-operasi itu antara lain, Operasi Banteng, Operasi Srigala , Operasi Naga, Operasi Jatayu. Operasi-operasi tersebut kemudian disusul dengan serangan terbuka sebagai opeerasi penetuan yang disebut Operasi Jaayawijaya. Selain operasi-operasi infiltrasi milite yang berhasil dengan baik, satu peristiwa heroic yang terjadi dalam usah pembebasan Irian Barat adalah terjadinya pertempuran di Laut Aru pada tanggal 15 Januari 1962. Pertempuran Laut yang sebenarnya tidak seimbang terjadi antara tiga perahu bermotor torpedo Motor Torpedo Boat (MTB) Angkatan Laut RI dipimpin oleh Lksamana (Komodor) Yos Soedarso melawan kapal perusak dan Fregat Belanda yang didukung oleh pesawat jenis Neptue. Pertempuran berakhir dengan tenggelamnya MTB Macan Tutul, sehingga gugurlah Komodor Yos Soedarso dan Kapten Wiratno, sedngkan dua MTB lainnya, yaitu MTB Harimau dan MTB Macan Kumbang yang masing-masing ditumpangi oleh Kolonel Soedomo dan Kolonel Moersid, berhasil meloloskan diri.

Kamis, 25 Maret 2010

PETA PENANGGULANGAN KEMISKINAN PADA KELURAHAN WATULONDO KECAMATAN MANDONGA KOTA KENDARI

 OLEH : ALI HABIU




A. Latar Belakang 
Penanggulangan Kemiskinan merupakan kebijakan yang konsisten perlu dilakukan oleh Pemerintah. Hal ini didasari bahwa kemampuan keuangan Pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan sangat terbatas Oleh karena itu diperlukan elemen-elemen lain yang dapat membantu pemerintah dalam menjalankan secara benar pengantasan kemiskinan sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat dan keluarga miskin. Masalah kemiskinan menjadi pembicaraan banyak pihak kerena kemiskinan merupakan permasalahan multi dimensi dan multi sektoral dan menjadi tanggung jawab semua pihak baik pemerintah ditingkat pusat, daerah sampai individu masyarakat. Masalah kemiskinan hanya dapat dituntaskan apabila pemerintah mau melakukan kebijakan yang serius memihak kepada keluarga miskin. Namun acap kali kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah bahkan semakin memperburuk kondisi keluarga miskin sampai-sampai menyebabkan seseorang yang tidak miskin menjadi miskin.. Bahwa kemiskinan pada dasarnya tidak mungkin dapat diatasi dengan bantuan pihak luar negeri semata, namun hanya mungkin bisa diselesaikan dengan upaya masyarakat itu sendiri (self community management). Oleh karena itu peta kemiskinan kelurahan Watulondo pada tahun anggaran 2007 telah dituangkan kedalam PJM yang merupakan refresentasi dari keadaan kondisi kelurahan Watulondo yang telah diselaraskan antara profil kelurahan Watulondo dengan program Kota Kendari Tahun 2007 pada katagori pengurangan penduduk miskin. 

B. Identifikasi Masalah 
Di Kelurahan watulondo terjadi kemiskinan yang penyebabnya dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu : 1. Permasalahan dibidang Sosial. a. Banyak anak yang putus sekolah. Terdapat 115 orang putus sekolah (laki=69, peremuan=46 orang) b. Banyak pemukiman yang kumuh dan tak layak huni. Terdapat 232 unit rumah warga tak layak huni. c. Keterampilan masyarakat rendah, yang memiliki keterampilan hanya 2 orang. Selebihnya yang tak punya keterampilan dunia usaha laki-laki 76 orang dan perempuan 23 orang. Tak punya keterampilan umum 221 orang, tak mampu memasarkan hasil produksi 79 orang d. Masih banyak pengangguran. Pengangguran 98 orang yang tak bisa datangkan penghasilan. e. Banyak orang tua jompo dan warga masyarakat yang mengalami cacat fisik dan cacat mental yang tidak memiliki keterampiran dan belum disantuni. Penyakit TBC terdapat 22 orang (L=10 dan P=12), cacat 12 orang f. Masih banyak Balita bergizi buruk dan tingkat kesehatan ibu hamil rendah serta warga mengidap penyakit berpotensi menular.. Balita kurang gizi 67 orang, g. Masih banyak terdapat anak sekolah rawan putus sekolah atau tak dapat lanjut di atasnya. Terdapat 182 orang anak rawan putus sekolah karena orang tua tak mampu membiayai. Identifikasi masalah tersebut di atas sebagai berikut : - Tingginya biaya sekolah - Kondisi ekonomi masyarakat yang tak mampu untuk membuat rumah yang memenuhi kreteria rumah sehat - Belum tersentuh pelatihan-pelatihan dan kurusus-kursus yang dilaksanakan pemerintah - Terbatasnya SDM dan informasi tentang lapangan kerja - Tingginya biaya pengobatan - Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan - Masyarakat kurang memiliki Askeskin 2. Permasalahan dibidang.Ekonomi Masalah ekonomi yang terdapat di Kelurahan Watulondo, antara lain : a. Banyaknya warga yang tidak mempunyai pekerjaan tetap b. Kurangnya modal usaha masyarakat c. Penghasilan rendah dan pekerjaan tidak menentu d. Tingginya suku bunga pinjaman yag ditawarkan oleh pemilik modal e. Kurangnya akses untuk membuka jaringan dengan pihak lain Identifikasi permasalahan dibidang ini adalah : - Keterbatasan wawasan manajemen, sehingga UKM yang ada tidak mampu berkembang - Kelemasan sektor permodalan - Tidak mempunyai keterampilan - Terbatasnya informasi lapangan kerja. 3. Permasalah di Bidang Lingkungan. Adapun masalah lingkungan yang ada di Kelurahan Watulondo adalah sebagai berikut : a. Sering terjadi banjir b. Sarana air bersih sangat kurang, khususnya bagi pemukim pada daerah terpencil c. Penataan pemukiman yang tak ramah lingkungan serta banyaknya rumah kumuh d. Masih ada tempat permukiman yang terisolasi Identifikasi permasalahan dibidang ini adalah : Kondisi ini berhubungan erat dengan masalah kemiskinan yang ada di kelurahan ini karena masyarakat yang ada tidak mampu mendanai rehabilitasi atau lingkungan permukimannya. 

C. Analisis Potensi 
Analisis potensi dilakukan dengan pertimbangan konstribusi dan manfaat potensi : Sumber Daya Manusia, Program-program, Lembaga dan lainnya. Namun potensi yang menjadi aset di kelurahan Watulondo adalah adanya kerja sama, koordinasi dan kepedulian dari aparat pemerintah, LPM, BKM dan warga untuk secara bersama-sama menanggulangi masalah kemiskinan yang ada di kelurahan ini. 

D. Rancangan Program Jangka Menengah. 
Rancangan Program Jangka menengah ini mencakup beberapa bagian, yakni : - Penetapan prioritas kebutuhan penanggulangan kemiskinan Kelurahan Watulondo (terlampir) - Matrik rencana ASI PJM tiga tahunan untuk bidang ekonomi, bidang sosial dan bidang lingkungan (terlampir) - Rencana tahunan Program penanganan kritis (pronangkis) yang mencakup program-program swadaya kegiatan yang didukung P2KP, kegiatan yang perlu diusulkan melalui APBD serta kegiatan yang diusulkan melalui swasta.(terlampir) 

E. Monitoring dan Evaluasi 
Evaluasi dimulai sejak perencanaan, pelaksanaan, pengendalian /pemantauan dan berdasarkan pencapaian hasil serta kendala-kendala dari program-program yang telah ada tahun anggaran 2005 s/d 2006 sebagai acuan PJM yang akan disusun. Monitoring dan pengawasan terhadap program dilaksanakan oleh masyarakat dengan melibatkan berbagai komponen atau organisasi masyarakat yang ada di kelurahan tersebut. 

PROFIL KELURAHAN WATULONDO 
1. Kondisi Umum Wilayah  Nama Kelurahan : watulondo  Kecamatan : Mandonga (Sekarang Powatu)  Kota :Kendari  Propinsi : Sulawesi Tenggara  Alamat Kantor : JLN.Pattimura No.10, Powatu  Luas Wilayah : 3.225 Ha  Batas Wilayah : Utara dengan Desa Tebanggele Selatan dengan Kelurahan Wua- Wua Barat dengan Kelurahan Punggolaka Timur dengan Kelurahan Powatu...  Jumlah Rukun Warga (RW) : 8 RW  Jumlah Rukun Tetangga (RT) : 25 RT  Jumlah Kepala Keluarga : 1.224 KK  Jumlah Penduduk/Jiwa : 5.518 Jiwa  Laki-Laki : 2.836 Jiwa  Perempuan : 2.682 Jiwa  Penduduk Dewasa : 2.733 Orang  Keluarga Sejahtera : 368 KK  Keluarga Sejahtera I : 480 KK  Jumlah Balita : 239 Jiwa 2. Kondisi Ekonomi 1. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian : a. Petani : 293 orang b. Buruh : 196 orang c. Karyawan Swasta : 302 orang d. Wiraswasta : 1.712 orang e. PNS : 540 orang f. TNI : 21 orang g. Pensiunan : 247 orang.. 2. Usaha Produktif : 88 KK 3. Sumber Utama kebutuhan Uang jika mendesak : Koperasi dan Badan Ketahanan Masyarakat (BKM). 3. Kondisi Sarana da Prasarana 1) Sarana Ibadah dan Pendidikan • Mesjid : 8 buah • Madrasah : 0 buah • Pasantren : 0 buah • Mushollah : 0 buah • Gereja : : 0 buah • TK : 2 buah • TPA : 4 buah • SD : 4 buah • SLTP : 0 buah • SLTA : 0 buah • Petani Asuhan : 0 buah • Perpustakaan : 0 buah • Panti Pijat : 1 buah 2) Sarana Kesehatan • Puskesmas : 0 buah • Apotik : 0 buah • Posyanduu : 0 buah • Dokter Praktek : 0 buah • Bidang Praktek : 0 buah • Pengobatan Alternatif : 0 buah • Toko Obat : 0 buah • Politekbik : 1 buah 3) Sarana Air Bersih • PDAM : 701 rumah/instalatur • Sumur gali : 523 rumah • Pompa/Sumur Pompa : 0 buah 4) Sarana Sosial dan Lingkungan • Akses Jalan : 20 Km • MCK Umum : 10 unit • Jembatan : 4 unit • TP sampah sementara : 12 unit****

Sabtu, 06 Maret 2010

PROVINSI BUTON RAYA DALAM PRESPEKTIF SEJARAH (Oleh Ali Habiu)

KABUPATEN Buton terletak dikepulauan jazirah tenggara pulau Sulawesi dan secara geografis teletek di bagian selatan khatulistiwa memanjang dari 4º Lintang Utara ke 6º 15" Lintang Selatan dan membentang dari 120º 03" Bujur Barat ke 125º Bujur Timur. Adapun wilayah pemerintahannya meliputi sebagaian Pulau Muna, Buton dan sebagian berada didataran tenggara pulau Sulawesi. Kabupaten Buton sebelah utara barbatas dengan Kabupaten Muna dan laut Maluku dan bagian selatan berbatasan dengan Kota Bau-bau dan Laut Flores sedangkan di sebe;ah timur berbatas dengan Laut Banda dan sebelah barat dengan Teluk Bone. Keberadaan pulau bila ditinjau dari aspek geoteritorial merupakan satu-satunya pulau yang terdapat di Kawasan Tengah Indonesia memungkinkan secara strategis tempat persinggahan kapal-kapal laut seperti kapal perang, kapal penumpang dan kapal barang yang berasal dari wilayah Barat menuju ke wilayah Timur Indonesia dan sebaliknya dengan pertimbangan lebar dan kedalaman pelabuhan dari beberapa dermaga besar yang ada di daerah ini cukup representatif memenuhi standar Navigasi Internasional dan merupakan bagian persinggahan antar wilayah tersebut. Demikian pula berlaku bagi armada kapal-kapal angkutan barang maupun kapal-kapal perang Bangsa Asing yang melintas Kawasan Tengah Indonesia yang berasal dari Laut Hindia masuk melalui Selat Sunda menuju ke Laut Atlantik bisa singgah dipulau ini untuk mengisi bahan bakar, air dan sebagainya. Mengingat prospek potensi pulau ini ketika itu dapat dilihat sebagai suatu daerah yang akan cepat berkembang dikemudian hari maka inplikasi dan hegemoni politik turut mewarnai pemilihan Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara pada masa itu. Sejak terbentuknya Kerajaan Buton yang di perkirakan pada abad XIII lalu sampai ke masa ke Sultanan, dari segi pemerintahannya sangat dihormati oleh daerah-daerah tetangga utamanya masyarakat Bugis-Makassar, karena mereka sadari bahwa hampir sebagian besar pemimpin kerajaan didaerahnya berasal dari keluarga atau anak Raja Buton. Misalnya saja raja Bone I yang bernama Watampone atau Putri Lasem saudara perempuan Si Batara suami Wakaka anak Raden Wijaya dari Majapahit Kemudian Sarewigading Raja Luwu anak Raja Buton I dari Kerajaan Lasalimu (ada 5 kerajaan kecil di Lasalimu sebelum Wakaka), selanjutnya Arung Palakka merupakan anak La Kabaura, seorang panglima perang dari Kesultanan Buton. Oleh Kesultanan Buton, Arung Palakka diberi gelar kerhomatan yakni : Lakina Holiwombo, gelar politis untuk tetap menjalin persaudaran antar Buton, Bone, Luwu dan Gowa. Oleh karena itu setiap pertemuan apapun saja yang diselenggarakan di kerajaan Gowa, Bone ataupun di Luwu para utusan dari Kerajaan Buton atau Kesultanan Buton sangat disegani dan diberi fasilitas pelayanan plus dibanding dengan utusan dari kerajaan kerajaan lainnya. Pada masa setelah kemerdekaan para pemuda pemuda Buton yang telah melanjutkan pendidikannya di Makassar rata rata memiliki kecerdasan dan peradaban yang tinggi sehingga pula mereka disegani dan dihormati diantara sesamanya baik lawan maupun kawan di mana lingkungan mereka berada. Mereka itu terdiri dari para anak Sultan dan pemuka Adat sekaligus dianggap sebagai tokoh tokoh masyarakat Buton pada saat itu antara lain seperti: La Ode Manarfa, La Ode Hadi, La Ode Malim, La Ode Azis, Jaksa La Ode Wasiun, Halim dan lain lain. Oleh karena itu dengan melihat sekilas fenomena ini amatlah jelas kepada kita semua suatu gambaran adanya intensitas perkembangan potensi sumber daya manusia didalam pemerintahan Kesultanan Buton sebagai suatu daerah swatantra yang dapat diidentikkan sebagai suatu daerah provinsi pada saat ini maka secara politik berimplikasi munculnya keraguan dikalangan tokoh tokoh masyarakat Sulawesi Selatan ketika itu yang ada di Makassar. Sebagai dampak atas keraguan ini seluruh aktivitas kegiatan politik tokoh -tokoh Buton yang melanjutkan pendidikannya didaerah ini selalu mendapat perlawanan dan dibekukan. Mereka sebagai tokoh tokoh masyarakat Bugis-Makassar sudah bisa melihat prospek kedepan dari segi pertimbangan SDM para tokoh tokoh Buton yang ada di Makassar saat itu sangat berbahaya terhadap kepentingan Sulawesi Selatan dimasa depan terutama ditinjau dari segi peranan kepentingan geotoritorial dan geopolitik di kawasan Timur Indonesia. Oleh karna itu ketika provinsi Sulawesi telah terpacah pecah menjadi beberapa provinsi dan Sulawesi Bagian Tenggara juga memungkinkan dibentuk menjadi satu provinsi maka dipertengahan tahun 1963 lalu dajukanlah calon ibukota untuk provinsi tersebut, yakni Kota Kendari dan kota Bau-Bau dan selanjutnya beberapa bulan sesudahnya dilakukanlah pemilihan Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara di Jakarta. Alhasil jumlah suara yang didapatkan dari hasil pemilihan suara (baca:referendum) diperoleh saat itu satu suara lebih memilih Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara tempatnya di Kota Bau-Bau, dibandingkan dengan Kota Kendari sebagai Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara, sehingga pimpinan sidang memutuskan da menetapkan Ibu Kota Provinsi Sukawesi Tenggara terdapat di Bau-Bau Buton. Tetapi apa yang terjadi kemudian belum beberapa waktu berselang hasil pemilihan keputusan pemilihan itu doprotes oleh utusan yang mewakili Sulawesi Selatan dengan cara menolak dan tidak mau tanda tangani berita acara hasil pemilihan ketika itu mereka terdiri para tokoh masyarakat dari beberapa kalangan perwira ABRI dari instansi Kodam IV Hasanuddin dan akhirnya pemilihan dianggap gagal dan diundurkan sampai waktu tiga bulan kedepan. Setelah tiga bulan, berlangsung kembali pemilihan Ibu Kota Provinsi dan karena ribut utusan dari wakil-wakil tokoh masyarakat yang berasal dari Sulawesi Selatan kerja sama dengan Kendari menginginkan pemilihan suara dilakukan secara voting dan akhirnya pelaksanaan pemilihan suara dengan secara votingpun disetujui oleh pimpinan sidang dan setalah dihitung jumlah pemilih ternyata tiga suara lebih memenangkan Kendari sebagai Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara dibandingkan dengan suara yang memilih Bau-Bau, Buton. Bisa dibayangkan betapa kecewanya utusan tokoh tokh masyarakat Buton pada waktu itu, tokoh-tokoh masyarakatb seperti La Ode Manarfa, La Ode Hadi, jaksa La Ode Wasiun, La Ode Azis tak dapat menerima rekayasa ini dan akhirnya jaksa La Ode Wasiun stress berat sampai beliau mengibarkan bedera merah putih setengah tiang dihalaman Istana Ilmiah dan mengajak seluruh Masyarakat Buton untuk segera bentuk dan dirikan negara Butuni yang mana keadaan ini telah berlangsung selama beberapa bulan lamanya. Sosok dari seorang jaksa La Ode Wasiun ini adalah seorang parametafisis, dia tahu bahwa ada kebohongan, ada rekayasa politik dibalik semua ini, dia tahu bahwa tokoh-tokoh masyarakat Sulawesi Selatan tidak menginginkan wilayah Buton menjadi basis Ibu Kota Sulawesi Tenggara karena daerah ini berpotensi kedepan menjadi bergaining position pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia. Suatu fakta tragedi sejarah yang sangat memilukan hati nurani rakyat Buton pada masa itu, sesungguhnya seluruh masyarakat Buton tidak akan pernah melupakan kejadian ini dan secara apasteriori perjalan sejarah masa lalu telah membuka mata hati kita semua bahwa ternyata selama ini telah terjadi pembohongan publik di daerah ini dan dapat dijadikan sebagai suatu alat legitimasi dalam membentuk suatu peta kekuatan politik atas usaha perkembangan Buton dimasa-masa akan datang. Bahwa kini Kota Kendari dengan keberadan teluknya yang telah dijadikan sebagai suatu ciri khas kebanggannya menjadikannya sebagai Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara ternyata dari perjalanan waktu kewaktu secara linier tidak menunjakkan adanya indikasi eksistensi tingkat pertumbuhan ekonomi daerah ini yang cukup signifikan jika ditinjau dari aspek Product Domectic Regional Bruto (PDRB), atau dengan kata lain PDRB yang dihasilkan daerah ini sangat rendah bila dibandingkan dengan PDRB bagi daerah-daerah kebelakang lainnya di Indonesia. Iklim investasi didaerah inipun juga (baca:Kota Kendari dan sekitarnya) hingga saat ini terkesan lamban karena para investor tak mampu ditunjang oleh suatu kondisi Spesific Environment yang memadai sekalipun pemerintah daerah sesungguhnya sudah cukup memberikan fasilitas. Secara kontekstual masalah ini dapat dilihat pada lemahnya orientasi sistem Bussines Eduqation dan Corss Fungtional Application antar subyek\obyek lingkup para investor sehingga membuat para insvestor takut untuk menanamkan sahamnya secara nyata (real assets) didaerah ini dengan kata lain mereka takut tak kembali modalnya. Dilain pihak akselerasi perkembangan Tata Ruang Kota Kendari dan Pemukiman juga terkesan lamban karena tidak adanya dukungan akses interkoneksitas lingkungan sosial ekonomi antar kawasan pertumbuhan yang relatif mudah dijangkau. Bahkan kini Kota Kendari dengan kebanggaan teluknya itu yang telah dijadikan sebagai basis Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara ternyata dari perjalanannya hingga saat ini tidak dapat menunjukkan secara ambivalen adanya subsistem pertumbuhan ekonomi yang dapat mempengaruhi laju perkembangan pembangunan antar daerah secara merata di wilayah sulawesi tenggara dan sekitarnya.****

Jumat, 05 Maret 2010

INTELEKTUALITAS MANUSIA INDONESIA TAK CUKUP JIKA TIDAK DISERTAI PENGETAHUAN BUDI (Oleh Ali Habiu)

Pendahuluan 
Tak dapat dipungkiri lagi bahwa dunia ini semakin lama semakin tua dan sifat manusiapun yang mendiaminya makin lama semakin materialistis. Kenyataan ini tumbuh sejalan dengan makin meningkatnya pengetahuan dan tercapainya teknologi yang tinggi. Konflik Negara super power Amerika Serikat dengan Negara-negara lain yang memiliki dugaan persenjataan nuklir merupakan biang keladi timbulnya kekacauan dan keresahaan yang dirasakan oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Kenapa tidak!, kemajuan teknologi yang mereka capai semata-mata bukan ditujukan untuk kemaslahatan ummat manusia melainkan ditujukan untuk perpecahan, penindasan, penjajahan yang pada akhirnya peperangan. Mungkin itu salah satunya disebabkan oleh dampak kemajuan teknologi masa kini yang bertumbuh dengan melejit karena proses akan manusia semata yang main cerdas, intelek dan modern sehingga melupakan budinya dan makin menipisnya kepercayaan kepada Tuhan YME. Dapat diduga bahwa orientasi modernisasi dan intelektualisasi masa kini timbul dan muncul ditengah-tengah kita sebagai akibat dari pengaruh-pengaruh psikologis dari perang dunia pertama dan kedua masa lalu yang penuh dengan misteri yang mengerikan itu sehingga mengajak manusia untuk berfikir seribu kali lebih banyak dengan terus menerus merangsang akalnya untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik itu berupa pengetahuan maupun teknologi demi untuk mempertahankan kehidupannya dala sebuah Negara. Apa yang terjadi masa kini, semua universitas di eropah dan amerika berkeluh kesah, mahasiswa yang telah tammat tidak sesuai dengan yang diharapkan, mereka mempunyai pengetahuan dan ahli dengan “methamatis physische jiustheid” akan tetapi jauh dari manusia lengkap. Berarti didikannya hanya mengutamakan berkembangnya akal semata yang menghasilkan orang-orang yang cerdik pandai namun Budhdinya kosong melopong. 
Bagaimana di Negara kita 
Sebagaimana kita ketahui bahwa selama berlangsung penjajahan Belanda yang kurang lebih tiga setengah abad lamanya di Negara kita, maka pada masa itu seluruh rakyat Indonesia terbelunggu oleh sistem Imperialistis, Kapitalistis, Kolonialistis, dan Feodalistis yang sangat mepengaruhi nilai-nilai budaya Bangsa Indonesia.  Mengakibatkan nilai-nilai Budaya Bangsa Indonesia dari peninggalan Nenek moyang kita dahulu yang amat tersohor dengan kebatinananya dan budinya itu hilang dan musnah tertelan gelombang bersama dengan  berakhirnya masa penjajahan tersebut. Setelah Indonesia Merdeka pada tahun 1945, kita semua telah bebas dari belenggu itu. Namun pengaruh buruk dari akibat penjajahan itu, hingga masa kini masi dirasakan, baik berupa pengaruh phisiologis, sosiologis, pengetahuan, teknologi dan kebudayaan yang secara tidak langsung telah bersatu dan menyelusup secara turun temurun di dalam daerah Rakyat. Dipihak lain, pengaruh-pengaruh kemajuan Pengetahuan dan Teknologi Bangsa Barat terimfiltrasi pula ke Negara kita lewat ; Literatur-literatur, Turisme, Pertukaran Mahasiswa, Pelajar dan Penuda, Penanaman Modal Asing (joint vunture) dan lain-lain termasuk dengan sistem pendidikan yang ada. Tapi memang demikianlah konsekuensi Negara yang ingin maju sejalan dengan pertumbuhan zaman yang kini kian moderen, dimana kita harus dapat mencontoi Negara-Negara yang telah berkembang teknologinya agar kita tidak ketinggalan terlalu jauh kebelakang. Sejalan dengan adanya pengaruh-prngaruh yang ditimbulkan oleh penjajahan dan infiltrasi teknologi kita tidak boleh diam berpangku tangan begitu saja, akan tetapi sudah saatnya dipikirkan bagaimana mendangulangi nilai-nilai buruk yang diakibatkannya, dan bagaimana cara mengatasinya. Mencerdaskan kehidupan Bangsa, dapat diperoleh hanya melalui jalur pendidikan formal. Oleh karena itu Pemerintah dengan segala upaya membenahi sistem pendidikan di Negara kita dengan memberikan prasarana dan sarana yang memadai. Pada perguruan Tinggi, Universitas dicoba diterapkan sistem pendidikan baru, dengan mengubah program lama ke program proram jangka pendek seperti misalnya, program S-2, S-1, D-1, D-3, D-4 dan lain-lain.  Tujuannya adalah untuk mengejar dan memacu ketinggalan kita dibidang teknologi disamping berusaha lebih muda menelorkan sarjana-sarjana baru yang rata-rata berusia muda. Ada konsekuensi lain yang dapat ditimbulkan oleh kepekaan kiia terhadap program-program tadi dalam konteks peneloran sarjana yang rata-rata muda usia, karena di samping ada keterbatasan waktu yang relatif singkat dalam menekuni mata kuliah dan pengetahuan lainnya, juga kematangan jiwa terbilang muda dan  pengetahuan yang diperoleh hanya melulu diproses diakal saja.   Menurut Dr.R. Pariyana.S  mengatakan bahwa sistem pendidikan di Indonesia adalah sistem pendidikan kecerdasan didalam satu jurusan, hingga para mahasiswanya berkurang pengetahuannya tentang “Totalitas” dan berkekurangan pengetahuannya yang “Universal” yang membuat para akademisi menjadi “homo economicus” yang selalu ingat akan buat ciptaannya untuk dijadikan “barang dagangan”. Bila demikian halnya yang terjadi masa kini pada generasi muda, akan dipertanyakan akan mampukah meneruskan cita-cita Bangsa dan Negara, melanjutkan pembangunan….??. Pertanyaan ini akan selalu timbul dibenak kita, betapa tidak bila predikat kesarjanaan semata-mata bersifat materialistis, berarti tidak salah lagi kalau ada pepatah; bapak kencing berdiri, anak kencing berlari. Kalau bapak kita korupsi, anak-anaknya kelak menjadi manipulator, yakhh... sudah menjadi sabda alam, hukum sebab akibat selalu akan berjalan mulus. 
Bagaimana Jalan keluar
Didikan yang kita peroleh yang melalui akal yang menghasilkan intelektualitas harus ada keseimbangan dengan didikan budi. Di Perguruan Tinggi, Universitas-Universitas sudah saatnya diterapkan pendidikan budi. Pendidikan budi tidak lain adalah pendidikan tentang kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa. Dengan menambah kurikulum yang ada dan menjadikan salah satu mata pelajaran pokok disamping pendidikan agama. Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa bukan agama tetapi merupakan pendidikan budi guna mendapatkan moralitas dan kepribadian luhur. Mengapa di Perugurun Tinggi atau Universitas-Universitas saja diprogramkan Pendidikan terhadap Tuhan yang Maha Esa adalah mahasiswa dipandang telah memiliki integritas kepribadian yang utuh. Menurut Dr.R. Paryana.S, mengatakan bahwa masa kabatinan manusia mulai usia 20 tahun, pada umur ini pemuda-pemudi di Perguruan Tinggi sudah mengkeluhkesahkan kebutuhan hidup, filsafat, politik, moral, ekonomi, kemasyarakatan dan lainnya. Dengan demikian mereka ingin mengetahui tentang rahasia hidup---pada taraf ini pemuda-pemudi perlu pendidikan budi (batin) dan kemasyarakatan. 
Apa itu budi
Untuk lebih mengetahui gambaran tentang budi, akan kita melihat pendapat para ahli filsapat sebagai berikut : - Menurut Inayat Khan; siapa yang cerdas didalam hal-hal keduniawian tidak mengerti di dalam hal-hal kebatinan (budi), akan tetapi mereka cerdas di dalam hal-hal keduniawian - Menurut Dr.Alexis Carel; kecerdasan budi tidak kurang pentingnya dengan kecerdasan akal bahkan paling penting di dalam kehidupan manusia. - Menurut Khan; perbedaan antara akal dan budi adalah bahwa akal mempunyai obyek-obyek yang materil dan terbatas, sedangkan budi mempunyai obyek-obyek immaterial dan tak berbatas.
Budi menurut Dr.R.Paryana.S mempunyai dua bagian yaitu : satu bagian memaling kearah akal dan menyinari akal, dan satu bagian memaling kearah angkasa dan menerima sendiri sinar-sinar (nur cahaya) yang datang dari angkasa, kejadian ini disebut “Atman”. Budi yang memaling kearah akal akan menynari akal, dikenal dengan akal lahir dan akal batin.
Akal lahir terdiri dari : akal ajiji gunanya untuk tempat membeda-bedakan satu dengan lainnya, akal hisabi yaitu akal yang digunakan untuk usaha-usaha besar maupun kecil, akal atoi yaitu akal tempatnya hidayah. Akal batin terdiri dari : akal juhud yaitu akal yang tidak tertarik oleh dunia kebendaan, tahta atau kedudukan; dan akal saropi yaitu akal sempurna. Sedangkan yang dimaksud dengan angkasa adalah alam lain atau dunia lain dari tempat manusia berpijak. Atman menerima tiga kejadian, sering dikenal dengan istilah demensi tiga yang terdapat didalam alam malakut dan alam lahut. Dari alam malakut akan menyinari sabda tuhan atau dapat juga dikatakan tempat panutan nur-nur. Sedangkan alam lahut juga tempat panutan nur-nur. Tiga kejadian yang diterima oleh atman, atau dimensi tiga antara lain : 
  1. Dimensi pertama yaitu Kejadian yang terdapat didalam alam malakut berupa penerimaan sinar-sinar, seperti cita alam, roh kudus (guru sejati) 
  2. Dimensi dua yakni terjadinya masih juga dalam alam malakut berupa penerimaan sinar-sinar dari arwah nenek moyang, para wali allah, nabi-nabi dan malaikat-malaikat yang memberikan peringatan-peringatan, petunjuk-petunjuk tentang kelalaian kita dalam menunaikan kewajiban terhadap diri sendiri, masyarakat, bangsa dan Negara. 
  3. Dimensi tiga adalah kejadian dari alam lahut, menerima sinar-sinar keuatan untuk mengingat dan menyembah kepada Allah SWT, Tuhan YME menciptakan seorang diri manusia menjadi manusia cahaya. 
Berdasarkan gambaran di atas amat jelas bahwa budi itu adalah akal seseorang yang telah ma’rifatullah atau ma’rifatul hak atau dapat disebut manusia yang telah memiliki akal sempurna. Budi amat penting dimiliki oleh semua anak bangsa, semua anak negeri dimanapun karena dengan demikian seseorang akan memiliki daya tangkal luar biasa dalam menjalani prikehidupan di tengah-tengah masyarakat yang serba moderen ini. ****